Selasa Malam 2 Maret 2021, pada acara Rapat Kerja IAIN Pontianak yang dibuka oleh Direktur Jenderal Pendidikan (Dirjen) Islam Kementerian Agama Prof. Dr. Ali Ramdhani, dengan tema " Akselerasi Capaian Prestasi dan Kinerja Sivitas Akademik Berbasis Smart Campus. Kami berkesempatan mendengar paparan tentang perkembangan Perguruan Tinggi Islam di Indonesia dan kiatnya menghadapi perubahan zaman, Sosok Dirjen berpostur tambun yang memegang porsi anggaran terbesar di Kementerian Agama karena hampir 70 persen anggaran dan program kegiatan di Kementerian Agama ada Dirjen Pendidikan Islam yang mengurus dan membina Perguruan Tinggi Keagaamaan Islam, Madrasah Aliyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Ibtidaiyah.
Sosok beliau mengingatkan saya pada comika Mo Sidiq yang besar dan tambun tapi sangat pintar dan berkomunikasi dan beliau memang sangat smart sesuai dengan gelar Guru Besar atau Profesor dalam bidang teknologi informasi yang disandangnya dan membawahi dan mengurusi seluruh perguruan tinggi dan sekolah sekolah berbasis agama di seluruh NKRI. Akademisi yang menamatkan studi master dan doktornya di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu juga pernah menjabat sebagai Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama UIN Sunan Gunung Jati Bandung sebelumya.
Prof. Dhani merupakan Guru Besar dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati pada tahun 2006 dikukuhkan sebagai Profesor (Guru Besar) pada usia 34 tahun, usia yang sangat muda bagi seorang Guru Besar Di Indonesia. Selain itu beliau juga dikenal penulis yang produktif, saking rajinnya menulis dan publikasi karya ilmiah di jurnal terakreditasi, bereputasi internasional. Tercatat sudah ada 117 tulisan yang terindeks Scopus dengan sitasi total sitasi 1033 dukumen dan h-index 21 dukumen. Pada tahun 2018, Prof Dhani dinobatkan sebagai penulis artikel ilmiah dengan Sinta score tertinggi kategori perguruan tinggi/
Pada acara pembukaan Rapat Kerja IAIN Pontianak yang diselenggarakan di Hotel Star Pontianak, beliau tampil dengan segar dan membuka pencerahan pemikiran agar adaktif terhadap perkembangan zaman, sekaligus menjadi tempat orang-orang berpikir solutif. Ia memaparkan bahwa kampus Harus idealis, professional sekaligus realistis dalam menyusun program anggaran. Hendaknya program --program yang dirancang di perguruan tinggi memiliki muara dan arah memenuhi standar 9 borang akreditasi.
Ia setuju kampus harus bersih tapi apa artinya kampus bersih jika tak punya mahasiswa, lebih baik kampus berantakan tapi banyak mahasiswanya yang kreatif berprestasi. Karena apa artinya perguruan tinggi jika tak punya mahasiswa.
Ia juga mengingatkan bahwa perlunya kemampuan memprediksi masa depan, karena kita bisa belajar dari masa lalu tapi masa depan adalah hal yang sulit diprediksikan tapi tetap harus dipersiapkan, banyak profesi prosfesi di masa lalu bahkan sekarang merupakan profesi yang sangat diidamkan dan potensial tetapi di masa depan bisa saja profesi itu akan punah berganti profesi atau pekerjaan yang tak terbayangkan, contohnya profesi teller bank dan profesi dosen yang bisa saja tidak akan lagi di masa depannya atau makin kecil peranannya. Siapa sangka sekarang membuat konten di you tube juga menjanjikan profesi dengan pendapatan yang menarik dan posisi posisi di bidang revolusi industri teknologi informasi yang belum dikenal pada zaman dahulu, seperti, you tuber, web development officer, content creator, analys product dan sebagainya
Sesuai Tema yang diambil dalam Rapat Kerja IAIN Pontianak tahun 2021 ini juga menarik, IAIN Pontianak menjadi Smart Campus. Smart Campus harus hadir di IAIN Pontianak. Secara sinonim, Smart adalah cerdas, dan cerdas adalah pintar, pandai. Orang pintar adalah yang mampu mencari solusi ketika ada masalah, dan orang pandai adalah orang yang menghindari masalah dalam hidupnya. Dan orang cerdas adalah yang dapat menyelesaikan masalah tanpa harus menimbulkan masalah yang baru," ungkap beliau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H