Lihat ke Halaman Asli

RAHMAT GUNAWIJAYA

PENULIS Sejarah

5 Mitos dan Fakta Seputar Ramadhan

Diperbarui: 2 Juni 2018   07:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: hellomewordpress.com

Mitos menurut beberapa sumber memiliki persamaan arti yaitu sebuah cerita atau dongeng berlatar masa lampau. Orang pertama yang memperkenalkan istilah mitos adalah Plato adalah seorang filsuf dan ahli matematika Yunani. Istilah Mitos berasal dari bahasa Yunani mythos dan bahasa Belanda mite yang berarti cerita atau perkataan.

Penutur mitos terlebih dahulu telah mendengar cerita tersebut dari generasi sebelumnya, karena ini cerita bisa saja benar bisa saja salah. Karena yang namanya cerita kadang bisa bertambah dan juga bisa kurang lengkap tergantung penutur cerita tersebut.

Di Bulan Ramadhan yang suci ini ada beberapa mitos yang sering menjadi cerita dan pertanyaan yang terkandung didalamnya yang penulis kutip dari beberapa forum diskusi seputar puasa Ramadhan dari berbagai media baik cetak maupun online sebagai berikut :

1. Mandi ketika berpuasa adalah makruh, mitos atau fakta ?

Jawabannya : Mitos

Tidak benar bahwa mandi ketika berpuasa adalah makruh, yakni sebuah tuntutan yang tidak pasti  untuk meninggalkan perbuatan tertentu (larangan mengerjakan yang sifatnya tidak pasti), apabila dikerjakan tidak apa-apa, namun bila ditinggalkan akan mendapatkan pahala dan dipuji.

Menurut sebagian ulama, istilah Makruh ini ada yang menyatakan dengan Khilaful Aula (menyelisihi yang lebih utama).

 Faktanya tidak ada satupun dalil yang menguatkan hal tersebut, bahkan mandi ketika berpuasa adalah harus. Rasulullah sendiri pernah mencurahkan air ke atas kepala beliau disebabkan dahaga atau panas.

2. Boleh Mencicipi makanan dengan lidah Mitos atau fakta ?

Jawabannya  : Fakta
Mencicipi makan adalah dibolehkan dengan syarat selagi mana tidak sampai memasuki tenggorokan (tekak dan salur makanan). Karena puasa adalah sebagai pelatihan kita mengelola hawa nafsu, diri, dan ibadah kita maka ini menjadi dasar dalam menjawab persoalan mencicipi makanan. Selagi mencicipi makanan memang dibutuhkan untuk suatu yang maslahat dan bukan dalam rangka melampiaskan hawa nafsu maka ini bukan sesuatu yang bertentangan.

Berikut adalah dalil yang yang memperbolehkan tentang mencicipi masakan saat puasa. Tentunya mencicipi tidak sama dengan memakan. Mencicipi rasa tidak sama dengan memakan makanan tersebut secara banyak dan utuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline