Lihat ke Halaman Asli

Rahmat Budianto

Jurnalis, Aktivis , Akademisi

Bumi Saat Ini Sudah Mendidih

Diperbarui: 18 Februari 2024   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Ilustrasi: Ficxel

"Selamatkan Bumi Selamatkan Generasi"


Bicara lingkungan sama dengan bicara di mana kita hidup, berdasarkan pernyataan dari aktifis senior Green peace Indonesia pada acara seminar HPN 2024 dengan menggali tema Selamakan Planet Bumi dengan Penerapan ESG . Masih dalam rangkaian perhelatan HPN yang di gelar di Ancol Jakarta , Minggu (17/2) 2024 . Suhu bumi saat ini telah mencapai ambang batas di angka 0,2 %° C , Pernyataan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bahwa bumi sudah mendidih.

"Dengan menyelamatkan bumi berarti kita menyelamatkan generasi yang akan datang."

Penerapan Sistem Enviromental Social and Government (ESG) diyakini sebagai salah satu jalan atau solusi mengatasi panas bumi yang setiap tahun semakin meningkat, di tahun ini 2023-2024 panas bumi bukan hanya semakin panas akan tetapi sudah mendidih. Sumber akar permasalahan dari persoalan panas bumi yang kita alami saat ini dimana dampak nya sangat besar bagi keberlangsungan kehidupan manusia dan planet bumi secara keseluruhan.

Dampak akibat dari panas bumi saat ini adalah semakin menipisnya kandungan Air dalam lapisan tanah berkurangnya oksigen akibat hilangnya mikoriza pada lapisan atmosfir akibat eksploitasi lingkungan hijau secara besar besaran yang terjadi akibat pembangunan pada setiap wilayah di Indonesia.

Suhu yang semakin panas ini bukan saja di rasakan oleh masyarakat Indonesia saja akan tetapi negara lain juga merasakan hal yang sama , berdasarkan hasil study bahwa negara tetangga seperti Thailand mengalami suhu panas di siang hari mencapai 40C bisa di bayangkan jika suhu panas semakin meningkat akan mengancam keberlangsungan kehidupan planet bumi.

Akibat dari panas bumi menimbulkan berbagai bencana alam dan kemanusiaan kekeringan wabah penyakit seperti eksistensi populasi nyamuk DBD kebakaran hutan akibat lahan gambus yang mudah terbakar, berkurangnya kandungan air di dalam tanah yang berdampak pada kelangsungan kehidupan manusia.

ESG merupakan jalan tengah agar dunia usaha memiliki prinsip yang jelas terhadap tata kelola lingkungan sebagai standar kebijakan regulasi yang digunakan untuk menyaring investasi , diyakini dapat menekan kerusakan ekosistem akibat pembangunan yang dilakukan, Pasalnya kelestarian lingkungan menjadi tanggung jawab kita semua.

Enveromental: Tata kelola lingkungan Industri , seperti pengelolaan bahan kayu, kelapa sawit termasuk lahan gambut dengan mencegah terjadinya kebakaran hutan
Sosial: Pencegahan antisipasi dini konflik lingkungan  kelompok masyarakat adat dengan perusahaan
Government : Hampir semua perusahaan berpraktik dengan cara yang rumit padahal pemerintah telah mengeluarkan kebijakan terkait kepemilikan manfaat Koorperasi

Menurut hasil kajian Green Peace yang disampaikan oleh Senior Grand Peace Indonesia Syahrul Fitra pada  seminar tersebut, Fitra mengatakan, bahwa belum ada perusahaan yang benar benar memaksimalkan ESG secara Masif, dampak dari buruknya penerapan ESG di Indonesia menimbulkan ke engganan investor seperti Ilon Mask, Tesla untuk melakukan investasi Nikel di Indonesia.

Tata kelola lingkungan industri harus mempertimbangkan keberadaan mikoriza yang melakukan simbiosis mutualisme dengan tumbuhan sehingga tugas mikoriza mengikat Co 2 di lapisan atmosfir dapat maksimal di mana karbon Co 2 ini yang mengakibatkan suhu panas semakin meningkat , hal ini berdasarkan hasil study Profesor Dr. Ir Nafia dan tim seorang peneliti dari ITB jika tumbuhan berkurang mikoriza juga berkurang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline