Pembaca novel klasik tentu kenal dengan White Nights (malam-malam putih; terjemahan Indonesia) karya Fyodor Dostoevsky. Setelah membaca novel ini, saya menemukan bahwa cerita yang ditulis lebih dari seabad lalu ini memiliki relevansi dengan fenomena modern, yakni konsep backburner dan second choice dalam hubungan percintaan.
Kedua istilah tersebut sendiri merujuk kepada definisi hubungan seseorang yang dijadikan cadangan dari seseorang yang telah jatuh cinta pada orang lain, perbedaan keduanya akan kita bahas nanti. Lalu, apakah karya Dostoevsky ini bisa dikatakan awal dari cerita-cerita romantis tragis yang menghasilkan Istilah Backburner atau Second Choice?.
Tapi sebelum itu jika kalian belum terlalu mengenal penulis-penulis klasik bergaya melankolis nan filosofis layaknya Dostoevsky, Franz Kafka, Osamu Dazai, Sylvia Path, Albert Camus dan lainnya maka saya sarankan untuk membaca dahulu barang satu dua karya mereka agar sedikit bisa menyelami pemikiran dan juga pesan yang mereka sampaikan.
Penulis novel ini sendiri, Fyodor Mikhailovich Dostoevsky (1821-1881 M) merupakan penulis terkenal asal Rusia yang banyak mempengaruhi penulis-penulis sesudahnya. Karya-karya lainnya yang terkenal seperti Catatan dari Bawah Tanah (1864), Crime and Punishment (1866), dan karya pamungkas di akhir hidupnya yakni The Brothers Karamazov (1880), adalah mahakarya yang menghiasi dunia sastra kala itu.
Karya-karya Dostoevsky memiliki pengaruh besar terhadap pemikiran dunia, termasuk bagi filsuf Friedrich Nietzsche dan bapak psikoanalisis Sigmund Freud, yang mengadaptasi beberapa gagasannya dalam teori mereka.
Spoiler Sedikit Alur White Nights
Sinopsis dari cerita White Nights sebenarnya memiliki alur yang tidak panjang dan bertele-tele. Cerita ini mengisahkan seorang pria penyendiri di Saint Petersburg yang sering menghabiskan malamnya yang sepi dengan berjalan-jalan dengan dunia imajinasinya yang membuat dia seakan berteman dengan seluruh kota padahal kenyataannya dia tidak punya teman asli sama sekali.
Karena keseringan berimajinasi inilah mari kita panggil tokoh utama cerita ini sebagai Si Pengkhayal. atar cerita berlangsung saat malam-malam musim panas di Rusia, ketika matahari tidak sepenuhnya tenggelam, sebuah fenomena yang dikenal sebagai Malam Putih, maka Dostoevsky memberi judul cerita ini Malam-Malam Putih atau White Nights.
Lanjut ke cerita, suatu malam si pengkhayal bertemu seorang perempuan muda bernama Nastenka yang sedang menangis di tepi sebuah kanal. Mereka pun berbincang dan menjalin persahabatan yang cepat berkembang menjadi hubungan emosional yang dalam.