Memang biasanya inspirasi yang paling bagus tidak harus kita cari jauh-jauh sampai harus keliling dunia atau keluar planet sekalipun. Ternyata inspirasi yang paling bagus dan mengena itu justru yang paling dekat dengan kita. Seperti saat saya mencari sosok inspriatif bagi Merdeka Belajar ternyata ibu saya sendiri sangat menginspiratif bagi adanya kurikulum ini.
Bayangkan saja ketika orang-orang di usia 40 tahunan seharusnya memilih pekerjaan yang profit dengan penghasilan stabil untuk menunjang hari pensiun yang kian dekat, ibu saya yang berumur 45 tahun malah memutuskan menjadi seorang guru honorer, pekerjaan yang boleh dibilang bergaji tidak banyak.
Sangat mengherankan mungkin bagi banyak orang terlebih ibu saya dahulu saat muda sudah punya pengalaman di bisnis ritel selama belasan tahun disamping punya skill memasak dan membuat roti, mengapa tidak buka usaha yang profitnya besar saja sebagai pekerjaan utama? Kok malah jadi guru?
Sekilas Tentang Perjalanan Hidup Ibu Saya
Ibu saya sebelum menjadi seorang guru dan berkeluarga telah memulai karirnya dari bawah dari menjadi buruh pabrik, karyawan ritel, hingga paling tinggi menjadi staff administrasi di sebuah perusahaan swasta.
Hingga setelah beliau menikah dengan ayah saya yang teman kerjanya, beliau memutuskan tidak mengejar karir lagi dan fokus mengurus keluarga.
Namun setiap biduk rumah tangga pasti digoncang masalah ekonomi sehingga ibu saya terpaksa berkerja lagi di sebuah perusahaan ritel hingga akhirnya pada sebuah Home Industry hingga saya lulus MA. Namun walaupun begitu beliau tetap mengfokuskan diri menjadi ibu rumah tangga sebagai pekerjaan utamanya.
Sejak kecil memang cita-cita beliau adalah menjadi seorang guru namun karena terhalang kondisi membuat beliau harus menghentikan sejenak usahanya untuk menggapai cita-cita mulianya.
Lalu secercah harapan hadir saat yayasan tempat saya belajar MA juga membuka perguruan tinggi dan tentunya punya jurusan Pendidikan Guru MI. Waktu itu ayah saya ingin bekerja di luar kota dan ibu saya mengizinkan jika ayah saya mengkuliahkan dirinya.
Namun saat itu usia ibu saya sudah menginjak 41 tahun dan pesimis karena sudah lama dia tidak belajar disamping banyak juga orang yang meremehkan seperti bilang "apa bakal nyampe otaknya di umur segitu untuk kuliah?" Banyak saudara-saudara juga bilang untuk buat modal usaha saja dari uang kuliah yang diberikan ayah saya.