Pamer kekayaan sedang jadi topik yang hangat diperbincangkan karena kasus penganiayaan anak seorang pejabat pajak yang setelah ditelusuri sering kali pamer barang mewah terkhusus kendaraan yang bermerek Rubicon.
Harta yang dipamerkan pasti membuat banyak spekulasi negatif karena kontrasnya dengan pegawai pajak yang bertugas menarik uang masyarakat tapi keluarganya malah pamer harta.
Dari pamer berfoto Rubicon itulah membuat KPK bergerak cepat segera memeriksa harta kekayaan para pejabat pajak lainnya.
Seperti jatuhnya jajaran balok domino membuat borok kementerian keuangan terkhusus pajak terbuka semua. Dampak yang besar memang dari hanya beberapa postingan di sosial media mereka.
Karena hal itu topik pilihan kompasiana saat ini membahas tentang bahaya pamer kekayaan dan menyarankan untuk tidak memamerkan harta kekayaan.
Tapi saya agak kurang setuju pada larangan pamer kekayaan terkhusus pada para anak pejabat, seharusnya diharuskan pamer bagi mereka. Mengapa? Simak terus artikel ini sampai tuntas.
Pamer Kekayaan Dilihat dari Sisi Psikologis
Tapi sebelum lanjut terkait alasan mengapa anak pejabat harus pamer kekayaan agaknya kurang afdol jika tidak membahas pamer harta melalui sisi psikologis, mahasiswa psikologi harus menerapkan ilmunya dong.
Menurut penelitian dari Nurhayat & Noorrizki (2022) dari UMM tentang kaitan flexing atau pamer kekayaan dengan kepercayaan diri di media sosial, memberikan kesimpulan bahwa perilaku pamer kekayaan biasanya dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan diri orang yang memamerkan kekayaan tersebut.
Pamer juga bisa dimaknai sebagai ekspresi diri akan materi yang harus ditujukan kepada orang lain. Kalau dari teori Alfred Adler sih seseorang ingin terlihat superior untuk menutupi inferioritasnya.