Mungkin terdengar agak tidak logis jika saya mengatakan bahwa beberapa jokes atau candaan berbau rasisme dapat menjadi tanda sebuah pertemanan yang terdapat keakraban multikulturalisme disana.
Saya sendiri juga terkadang melihat candaan berbau rasis bisa menimbulkan konflik antar individu maupun kelompok.
Rasisme memang sebuah hal yang sangat buruk dimana kita memandang kelompok tertentu lebih rendah dari kita. Rasisme juga menjadi sebuah penghalang bagi keberagaman kita di Indonesia yang nyatanya memiliki ribuan suku dan etnis serta agama.
Namun jika rasisme masuk ke dalam bahan bercandaan pertemanan saya sepertinya memiliki sebuah persepsi lain terhadapnya.
Beberapa alasan akan saya jabarkan bagaimana jokes rasis dapat kita lihat sebagai tanda dimana pertemanan dapat menerima sebuah perbedaan dan menghapuskan sekat antar suku, agama, maupun ras.
Pertama kali kita mesti tahu dahulu dimana letak dari candaan tersebut dan beberapa yang yang harus kita ketahui sebelum jokes tersebut muncul dari obrolan pertemanan dekat atau kita anak muda lebih suka menyebutnya "candaan tongkrongan".
Terbentuknya Lingkar Pertemanan dan Consent Antar Teman
Sebelum candaan berbau rasis ini muncul maka kita harus tahu dahulu bagaimana lingkaran pertemanan akan terbentuk dan membentuk suatu ikatan dan consent satu sama lain. Teman pada awalnya merupakan orang asing di hidup kita dan kita menjalin suatu komunikasi yang kian lama kian intens.
Pertemanan adalah membuka persona asing milik orang yang akan jadi teman kita. Keterasingan yang melekat pada orang-orang disekitar kita kian lama kian terbuka dan memberikan kita pengetahuan tentang siapa dan bagaimana harus bersikap.
Setelah keterasingan itu hilang maka akan ada tempat yang nyaman untuk dekat dan berkomunikasi dengan mereka yang sudah kita anggap teman.