Kisah cinta memang tidak pernah dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan cinta kita dapat menyusuri padang berduri tanpa alas kaki atau nekat bertemu malaikat maut lewat sebotol racun seperti kisah cinta Romeo dan Juliet.
Cinta sangat indah dan mengagumkan, namun di sisi lain sangat tidak masuk akal dan dekat dengan gejala skizoid.
Ok, cukup kata-kata puitisnya. Mari masuk bahasan esai ini tentang hubungan asmara di masa kuliah. Saya berpendapat bahwa ada perbedaan besar yang ada pada kisah-kasih masa sekolah dan di masa kuliah.
Sebuah perbedaan yang terjadi karena perbedaan fase perkembangan psikologis manusia yang saya akan jabarkan dengan pendekatan psikologi.
Masalah Dewasa Awal tentang Kesendirian
Masa dewasa awal (18-25 tahun) adalah salah satu masa yang sangat berbeda dengan masa remaja. Pada masa dewasa awal lah kita banyak menemui permasalahan transisi dari remaja ke orang dewasa. Kita pasti tidak asing dengan quarter life crisis yang ada pada masa perkembanagan ini.
Erik Erikson dalam teori psikosial-nya menjelaskan pada tahap ini manusia dihadapkan dengan masa keintiman versus kesendirian (intimacy vs isolatery).
Masa kuliah yang jelas tentu ada di masa dewasa awal menjadi sebuah masa yang mana kita dituntut untuk mandiri dan hal ini membuat kita terkadang jadi sendiri.
Untuk hal itulah terkadang masa kuliah banyak orang yang mencari pasangan untuk menutupi kesendirian mereka. Tidak seperti masa sekolah atau remaja yang kita mencari pasangan hanya untuk mengekspresikan dorongan pubertas yang muncul pada waktu itu, pada masa ini kita harus membuat diri kita tidak dalam kesendirian karena perkembangan psikologis kita.
Mahasiswa Perantau dan Kisah Cinta Mereka