Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Alam

Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Cerpen: Mbah Sarip dan Udin Tak Sengaja Makan Kecubung

Diperbarui: 26 Juni 2022   23:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber: pixabay.com 

Segerombolan anak punk melewati rumah Udin untuk ke kebun belakang rumahnya yang tidak terurus itu. Udin hanya mengamati mereka dari jendela dan mendengar suara mereka tertawa terbahak-bahak. 

Mereka memang tidak berbuat jahat ke penduduk sekitar termasuk kepada si Udin dan kakeknya namun saat mereka "hilang kesadaran" maka disitulah para warga dibuat resah.


Mbah Sarip, kakek si Udin yang melihat mereka lantas langsung keluar dan meneriaki mereka dengan wajah galak "kalau mau makan kecubung jangan disini, ambil lalu makan di tempat lain!".


"Njih, mbah", jawab salah satu dari mereka.


Memang sedari dulu kebun belakang rumah Udin itu ditumbuhi oleh tanaman kecubung yang sering diincar para anak punk ini guna bersenang-senang. 

Tumbuhan yang memiliki bunga seperti trompet ini memang sudah dikenal luas akan efek halusinasinya saat buah dan daunnya dikonsumsi. Para anak punk ini suka mencarinya dikarenakan efek fly dari tumbuhan ini dan juga mungkin lebih ekonomis daripada miras ataupun dadah.

Mbah Sarip sangat melarang si Udin untuk mengonsumsi kecubung walaupun ada di belakang rumah mereka. Pengalaman masa muda Mbah Sarip yang pernah tiga hari merasa dikejar ular raksasa dan tidak bisa tidur setelah makan kecubung membuat dia memberikan larangan keras ke cucu tersayangnya ini.

Udin merupakan satu-satunya cucu yang dia punya dari putrinya dan seorang pria dari desa sebelah. Ayah Udin bukanlah seorang yang bertanggung jawab atas keluarganya, setelah Udin lahir dia pergi meninggalkan ibu Udin bersama dengan selingkuhannya.

Ibu Udin yang sakit hati akhirnya mengalami baby blues dan meninggalkan Udin yang masih merah kepada Mbah Sarip, ayahnya. 

Alasannya kepada Mbah Sarip saat itu dia ingin menjadi TKW di luar negeri untuk meringankan beban hidup si Udin kecil namun lima belas tahun lamanya ibu Udin tidak pernah berkabar lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline