Beberapa waktu lalu saya sempat dihubungi oleh teman saya karena puisi yang saya buat di Kompasiana. Teman saya itu mengatakan bahwa saya adalah seorang anak indie atau anak senja karena menulis puisi itu.
Tapi saya tahu dia hanya bercanda namun dalam pikiran saya bertanya apa benar segala karya yang berbau sastra khususnya puisi maka si pembuat karya langsung distereotipkan pada anak senja atau indie?.
Bagaimana sebenarnya seorang bisa dikatakan seorang anak senja atau anak indie?, haruskah dia berpenampilan seperti yang banyak distereotipkan orang seperti gondrong, berbahasa puitis, penikmat kopi, sering hiking dan upload foto bercaption filosofis?.
Dalam artikel kali ini saya ingin membahas lebih dalam tentang fenomena anak senja ini.
Sejarah Anak Senja atau Indie
Anak senja sendiri adalah sebuah sebutan bagi para penikmat musik indie yang meromantisasi segala perilakunya dengan kata-kata puitis yang aesthetic. Musik indie sendiri merupakan sebuah musik independent yang tidak terikat sebuah label musik besar. Lirik lagu dari musik indie berciri khas akan ke-puitisannya.
Anak senja sendiri juga memiliki selera musik dengan genre folk dan juga tentu indie-folk. Dari musik folk ini yang kadang bernuansa akustik ini kerap kali memasukan kata "Senja", baik dalam lirik maupun judulnya. Lagu seperti "Diskusi Senja" dari FourtTwenty dan juga "Nona Senja" karya Fiersa Besari menjadi salah satu contohnya.
Kata "Senja" yang marak dipakai pada lagu-lagu tersebut membuat para penggemarnya semakin gandrung akan kata tersebut. Waktu pergolakan saat siang dan malam tersebut membuat kebiasaan para penggemarnya untuk upload berbagai momen kala senja dengan lirik lagu-lagu indie favorit mereka.
Hal tersebut menjadi asal muasal nama "Anak Senja" bagi para penikmat dan fanatik lagu indie-folk.
Ciri dari anak senja atau indie