Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Alam

Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Mengenal Gaya Jamet, Sebuah Subkultur atau Penghinaan?

Diperbarui: 21 Februari 2022   06:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret seorang jamet. Sumber: id.quora.com

Indonesia sudah tidak asing lagi akan keberagaman budayanya. Dalam keseharian kita, berbagai budaya tersebut mewarnai keindahan akan keberagaman dan toleransi. 

Setelah era globalisasi ini, akulturasi antara berbagai budaya tidak terelakan lagi. Namun beberapa budaya baru kadang tidak diterima dengan baik.


Salah satu contohnya adalah budaya jamet yang akan saya bahas pada artikel ini. Jamet dalam pandangan umum kita mungkin akan terbayang seorang pemuda madura yang memiliki gaya rambut panjang dan tengahnya dibuat berdiri lalu berjoget dengan lagu remix yang terdengar agak norak.


Beberapa dari kita kadang menganggap Jamet ini sebagai sebuah subkultur yang muncul di Indonesia. Namun beberapa dari kita juga menganggap ini sebagai gaya yang norak dan juga kampungan, tak jarang juga kata "jamet" sendiri dijadikan kata hinaan bagi beberapa orang yang berpenampilan norak.


Sejarah Nama "Jamet" dan Ciri Khas Mereka


Jamet sendiri merupakan sebuah singkatan yang berasal dari kalimat "Jajal Metal" atau beberapa juga menyebutkan "Jawa Metal". 

Terlepas dari kedua asal singkatan tersebut yang berlainan, kata tersebut merujuk kepada beberapa orang yang menggunakan aksesori metal yang tidak matching baik pada degradasi warna atau pada perawakannya.


Kadang juga akan ditambahkan kata "Kuproy" dengan kata jamet sehingga lengkap menjadi "Jamet Kuproy" yang dalam singkatannya Kuproy berarti "Kuli Proyek". Istilah itu merujuk pada penampilan para Jamet ini yang berkelas bawah dan mirip kuli proyek.


Pada perkembangannya lebih lanjut, gaya dan tren jamet sendiri banyak digunakan oleh para muda-mudi asal Madura. 

Banyaknya pemuda yang mengikuti tren jamet ini membuat seolah-olah jamet menjadi suatu subkultur dari pulau di utara jawa timur sana, sama halnya seperti bahasa jaksel yang melekat pada muda-mudi jakarta selatan.


Secara lebih rinci lagi dalam dunia maya khususnya Tiktok, pemuda jamet terkadang digambarkan sebagai orang dengan penampilan norak khas metal yang berjoget dengan lagu remix seperti din ding pak ding ding atau ragu remix lainnya yang kita rasa sudah agak ketinggalan zaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline