Mengenai Emansipasi Wanita dan Cinderella Complex
Dalam persebaran era digital ini yang juga dibarengi dengan menyebarnya perjuangan untuk hak yang setara atas kelompok atau golongan tertentu, membuat kita tidak asing lagi dengan kata "emansipasi" atau "kesetaraan gender", dan istilah-istilah lainnya yang banyak mendukung gerakan feminisme.
Pada pemahaman kita, emansipasi wanita merupakan suatu usaha guna menuntut persamaan hak antara kaum wanita dan pria.
Hal ini didasari oleh perlakuan yang sangat patriarki dalam kehidupan barat maupun di seluruh dunia. Dari upah yang diberikan oleh pekerja perempuan lebih rendah dari pekerja laki-laki hingga perlakuan yang merendahkan perempuan memicu pemikirian ini lahir di masyarakat.
Namun pada zaman modern saat ini dimana telah banyak hak-hak wanita yang disetarakan, emansipasi sendiri sering menjadi perlindungan bagi wanita yang memiliki penyakit psikologis bernama Cinderella Complex .
Cinderella Complex sendiri merupakan suatu kecenderungan kepada wanita untuk merasa ingin selalu dilindungi dan juga selalu dikasihi.
Istilah Cinderella Complex sendiri dicetuskan oleh Colette Dowling, seorang penulis dan psikoterapis berkebangsaan Amerika.
Pengambilan nama sindrom tersebut berasal dari dongeng Cinderella yang menunggu seorang pangeran tampan yang akan merubah hidupnya dan ia hanya pasrah akan nasib, begitulah perumpamaan perempuan yang terkena sindrom ini.
Perempuan yang Terjangkit Cinderella Complex Berlindung Dibalik Kata Emansipasi
Lalu mengapa dengan emansipasi wanita yang cenderung mengatasnamakan sebuah kemerdekaan dan kesetaraan tapi tidak mau akan kebebasan dan ingin selalu dilindungi karena sindrom Cinderella Complex-nya?.
Hal ini berkaitan dengan suatu pemaknaan dibalik kata "emansipasi wanita" itu sendiri yang disalah artikan.
Dengan kata emansipasi ini perempuan jadi membuatnya sebagai tameng atas ketidakmampuanya dalam beberapa hal yang kadang di stereotipkan pada wanita.