Lihat ke Halaman Asli

Rahmad Alam

Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Merdeka Belajar Vs Tekanan Sosial Pelajar

Diperbarui: 28 Agustus 2021   05:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:http://nasional.kompas.com/

Pada 17 Agustus lalu kita telah merayakan ulang tahun ke 76 bangsa Indonesia. Saat 76 tahun yang lalu itulah para pejuang kita harus memperjuangkan suatu kemerdekaan bagi anak cucunya nanti yaitu kita sekarang. Namun sekarang bukan hanya kemerdekaan dari bangsa lain saja yang kita rayakan dan perbincangkan tapi juga merdeka belajar yang telah diusung oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan.


Konsep merdeka belajar ini merupakan sebuah kebijakan yang telah dicanangkan oleh Menteri pendidikan dan kebudayaan RI kabinet Indonesia maju, Nadiem Makarim. Konsep ini di dasari oleh kebebasan berpikir bagi para pelajar dan guru. Para murid ini tidak harus terpaku oleh nilai dan rangking yang memberatkan mereka. Para peserta didik diberi kebebasan untuk memilih minat dan bakat mereka melalui beberapa pelajaran dan tidak harus menekuni bidang yang mereka tidak suka.


Lebih lanjut tentang kebijakan ini, Nadiem Makarim dalam pelaksanaan awal  kebijakannya tertuang dalam empat pokok kebijakan yaitu, menggantikan ujian nasional (UN) dengan Assesmen Kompetensi Umum dan Survei Karakter, Ujian Sekolah Berdasarkan Nasional (USBN) akan diserahkan kepada sekolah, penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP), dan dalam penerimaan peserta didik baru dengan sistem zonasi diperluas.


Namun walaupun kebijakan ini bernama merdeka belajar tapi tidak membuat segala macam program pembelajarannya sangat bebas. Beberapa hal perlu di wajibkan bagi para peserta didik. Ada tiga hal pokok yang mesti dipenuhi para pelajar untuk program belajarnya yaitu literasi yaitu kemampuan membaca dan juga menulis serta berbahasa , numerasi yaitu kemampuan berhitung ,dan juga survei karakter yang berdasarkan kemampuan berperilaku baik.

 
Nadiem membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan. Pasalnya, penelitian Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2019 menunjukkan hasil penilaian pada siswa Indonesia hanya menduduki posisi keenam dari bawah; untuk bidang matematika dan literasi, Indonesia menduduki posisi ke-74 dari 79 Negara. Seperti yang dilansir di Wikipedia.com tentang merdeka belajar.


Melalui kebijakan ini Nadiem Makarim berharap untuk memajukan pendidikan di Indonesia walaupun masih banyak bertemu beberapa halangan seperti kesalahpahaman para orang tua dan guru yang mengira bahwa dengan kebijakan ini anak bebas belajar atau tidak dan juga bebas mengerjakan tugas atau tidak. Lalu Nadiem Makarim menegaskan bahwa esensi dari merdeka belajar bukan itu dan menjelaskan bahwa merdeka belajar berarti memberi keleluasaan bagi anak untuk belajar sesuai pelajaran yang diminatinya.


Lebih jauh lagi, permasalahan yang dihadapi bukan hanya sebuah kesalahpahaman orang tua dan guru namun juga berasal dari tekanan sosial yang dimiliki para peserta didik. Tekanan Sosial ini berasal dari keluarga yang mendambakan anaknya untuk menjadi pintar dalam suatu bidang yang belum tentu disukai anak. Ya mungkin kita tahu bahwa ini merupakan musuh utama dari kebijakan ini dan pasti amat sulit mengatasinya dikarenakan pengaruh sosial dari keluarga amat dalam.


Perlu kita ketahui bahwa pengaruh sosial yang berasal dari keluarga ini mungkin dikarenakan perjalanan orang tua anak yang sukses di bidang tersebut lalu mencoba memaksakan apa yang dilaluinya ini untuk anaknya kelak. Hal ini mengakar pada kultur budaya keluarga kebanyakan di Asia. Beberapa keluarga bahkan tak jarang masih memarahi anaknya karena gagal di pelajaran seperti matematika dan eksak lainnya atau bahkan mematok nilai yang amat tinggi jika tidak mau diberi sebuah sangsi.


Pengaruh keluarga bagi proses pembelajaran anak ini bukan suatu hal yang mudah dikarenakan ruang lingkup keluarga bukan merupakan suatu instansi pemerintah yang gampang diubah lewat suatu kebijakan. Walaupun di sekolah mereka diberi kebebasan untuk memilih minat dan bakat namun jika di rumah dia dimarahi karena tidak memilih bidang yang disukai orang tuanya akan sama saja.


Bukan hanya di dalam lingkaran keluarga saja muncul tekanan sosial tersebut, namun di ranah dunia kerja saat ini di Indonesia banyak beberapa pekerjaan yang mendapatkan gaji layak berasal dari bidang yang telah ditentukan seperti bisnis, kedokteran, dan bidang eksakta lainnya. Sedangkan beberapa pekerjaan yang kebanyakan favorit sering kali di beri upah yang rendah seperti seni ,sastra dan bahasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline