Lihat ke Halaman Asli

Arogansi Senioritas Mengabaikan Rasa “AMAN” Psikologis (?)

Diperbarui: 25 Juni 2015   00:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lingkungan Sekolah

Tahun ajaran baru untuk tingkat pendidikan SD, SMP, SMA/SMK/MA telah berlangsung, tahun ajaran 2012-2013 pun mulai berjalan, pun dengan berbagai kekurangan dan kelebihannya. Jika melihat tingkat satuan pendidikan dijenjang sekolah sepertinya masih mengikuti standar kompetensi yang ada. Dimana ketika seorang siswa dihadapkan pada situasi belajar-mengajar secara otomatis guru akan “mentransfer” ilmunya yang didapatkan juga dari gurunya yang terdahulu hingga ke murid-muridnya sekarang.

Sama dengan tahun-tahun sebelumnya, diberbagai Instansi pendidikan tentu saja siswa baru akan melnjalani masa pengenalan terhadap lingkungan sekolah, perangkat-perangkat yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar maupun guru-guru dan staf yang akan menjadi orang tua ke-2 mereka di lingkungan sekolah yang baru.

Dalam masa pengenalan tersebut atau yang biasa disebut dengan Masa Orientasi Sekolah para siswa baru ini akan mendapatkan berbagai pembekalan dalam menjalani proses belajar-mengajar mereka mendatang, pelatihan pembentukan karakter, pemberian motivasi diri dan berbagai latihan-latihan lain yang dianggap penting yang dapat membantu siswa baru di sekolah dalam proses belajar mengajar.

Lingkungan Perguruan Tinggi

Tak jauh dengan lingkungan sekolah, para mahasiswa baru (maba) di beberapa fakultaspun menjalani masa orientasi sebelum memulai kuliah perdananya. Di lingkungan Universitas Hasanuddin, kini dalam melakukan pembekalan terhadap para mahasiswa barunya diadakan P2MB (Penerimaan dan Pembinaan Mahasiswa Baru) yang sebelumnya bernama PMB (perenerimaan mahasiswa baru). Namun, pemberian sisipan “Pembinaan” dalam PMB sempat menuai pro-kontra dikalangan lembaga-lembaga kemahasiswaan dibeberapa fakultas krena beberapa alasan terkait dengan kebijakan baru tersebut.

Alhasil, pada saat acara Rapat senat luar biasa dalam rangka penerimaan dan pembinaan mahasiswa baru angkatan 2012-2013 di gedung baruga A.P. Pettarani Unhas beberapa mahasiswa sempat melakukan aksi protesnya dengan berdemo menolak P2MB.



Pengkaderan Tak sesuai Jadwal

Bukan rahasia umum lagi jika pengkaderan marak di berbagai perguruan tinggi di Indonesia, meskipun saat ini pengkaderan telah dihapuskan dan digantikan dengan pembinaan, tetap saja hal tersebut tak merubah apapun. Secara teori hal tersebut memanglah berubah tapi dalam konteks lapangan kita perlu mempertimbangkannya dulu, sebab dibeberapa fakultas diperguruan tinggi di Indonesia jelas-jelas masih memelihara culture yang dinilai bermuatan tindak “kekerasan” terhadap para mahasiswa baru, entah itu kekerasan secara fisik maupun secara psikologi.

Sehubung dengan hal tersebut, menurut salah seorang teman yang tak ingin disebutkan namanya untuk menjaga keamanannya dan menjaga privacinya menuturkan bahwa kekerasan secara psikologi tentu tak dapat dihindarkan, meskipun begitu bukan tidak mungkin kekerasa fisik juga dapat terjadi dalam pengkaderan terebut. “sekarang ini belumpi jadwalnya penerimaan mahasiswa tingkat himpunan mahasiwa politik unhas, tapi kenapa kami (mahasiswa baru) sering sekali dikumpulkan oleh senior-senior kami yang tidak tau apa maksudnya di kumpul-kumpul seperti itu, lagian waktu kami dikumpul dengan alasan untuk membentuk solidaritas angkatan, kami juga dibentak-bentak bukan tidak mungkin akan terjadi kontak fisik antara junior dan senior.



Aturannya Sudah Jelas

Sebelum acara penyambutan mahasiswa baru oleh tingkat badan executiv mahasiswa (BEM) dilakukan, wakil dekan III fakultas ilmu sosial dan politik unhaspun telah mengatakan bahwa dirinya tak setuju dengan adanya pengumpulan mahasiswa baru diluar jadwal yang telah ditentukan, namun yang terjadi dilapangan ternyata tak pernah sesuai dengan apa yang diharapkan.

Pengumpulan mahasiswa baru yang dilakukan oleh senior-senior pun kerap terjadi apalagi jika mata kuliah maba pada waktu itu hanya 1 saja, diharapkan maba langsung pulang jika mata kuliahnya telah selesai rupanya tak berjalan dengan baik karena kerap diambil alih oleh senior mereka.

Kerap dikumpulkan di ruang kelas yang ditutup dalam waktu yang sangat lama dan mendapatkan kekerasan-kekerasan psikologi tentu saja akan membuat para mahasiswa tersebut cenderung mengalami frustasi atas apa yang terjadi padanya, dan bukan tidak mungkin jika sewaktu-waktu mereka akan lari meninggalkan kuliahnya hana karena mendapatkan kekerasan psikologi yang seharusnya tidak perlu didapatkannya sebab kekerasan-kekerasan seperti itu sudah tidak sesuai dengan zaman sekarang yang lebih mengacu pada sifat KEMANUSIAAN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline