Lihat ke Halaman Asli

Dewi Bidadari Kecilku

Diperbarui: 19 Juni 2016   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Beberapa tahun lalu saat oka masih kecil dan aku marah, anak sulung itu acap kali minta gendong.

Hal itu dia lakukan berulang kali ketika melihatku marah. Lalu disandarkan dagunya ke pundakku sembari mengelus punggungku seperti sebuah pertanda untuk menurunkan amarah.

Oka memang laksana dewi bidadari seperti sebagian makna yang kutitipkan pada namanya sebagai doaku sebagai ayah.

Dia nyaris tidak pernah ngompol di kasur. Umur dua tahun, dia tiba-tiba minta stop minum susu dan pakai diapers. Hal yang tentu saya dan yonna sangat bersyukur. Pasalnya 5 kaleng susu morinaga platinum dan dua pak huggies ukuran besar menghabiskan dana Rp 1,5 juta rata-rata per bulan.

Oka juga waktu kecil beberapa kali pindah sekolah. Dua kali dia sekolah di playgroup dan tk islam yang bayarannya cukup mengoyak isi dompet.

Uniknya di kedua sekolah itu, ia cenderung tidak betah. Ia justru awet saat kami pindahkan ke TK biasa-biasa saja di dekat rumah.

Oka memang ajaib, dia sungguh dewi bidadari kecil.

Malam ini, ia kembali membuatku belajar darinya. Selepas buka puasa tadi, mataku rasanya berat seperti iblis menari-nari di kelopak mataku.

Oka tiba-tiba menagih janji, setelah beberapa malam saya tidak berada di rumah saat waktu shalat Isya dan tarawih.

"Ayah, kita gak sholat. Kalau kita gak sholat, aku berhenti sholat tarawih lagi," katanya.

Kata-katanya menyentakku. Seketika aku bangun dari tempat tidur, dan bergegas wudhu di kamar mandi bawah yang masih berantakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline