Lihat ke Halaman Asli

Dinamika Kerja Generasi X dan Y

Diperbarui: 1 Mei 2019   15:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Perubahan sosial terus berlangsung di masyarakat. Fenomena tersebut tidak lepas dari perkembangan pengetahuan dan teknologi. Dalam tulisan Klaus Schwab (2016), menandai perubahan tersebut dalam tiga fase revolusi. Kata Schwab, perubahan tatanan sosial pertama ditandai dengan revolusi industri pertama yang dimulai pada pertengahan kedua abad ke-18. Peristiwa tersebut, dimulai dengan perubahan-perubahan dalam bidang agraria, dimana tenaga manusia mulai digantikan oleh mesin. Selanjutnya, revolusi industri kedua, terjadi di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Peristiwa ini ditandai masuknya listrik dan pembuatan jalan-jalan bagi kendaraan bermesin. Berikutnya adalah revolusi Industri ketiga yang terjadi tahun 1960an. Revolusi ditahap ini menciptakan perangkat komputer atau sering disebut digital revolution.

Kemajuan berbasis teknologi, sejak revolusi industri pertama sampai saat ini, begitu banyak mempengaruhi bidang kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Tanpa kita sadari, di belahan dunia lain, di negara-negara Eropa telah memasuki masa revolusi industri keempat. Revolusi industri keempat berbeda dari revolusi-revolusi sebelumnya. Revolusi keempat telah menggabungkan unsur teknologi dan biologi yang membuatnya berbeda dari revolusi-revolusi sebelumnya. Seperti penemuan robot yang bisa menyerupai dan berpikir seperti manusia, serta perkembangan teknologi pengeditan DNA manusia yang mulai dilakukan.

Perkembangan pengetahuan dan teknologi, berdampak pada perubahan dinamika sosial. Perubahan tersebut begitu cepat, menuntut orang-orang harus selalu kreatif agar supaya terus dapat bersinergi dengan perubahan-perubahan yang dilahirkan oleh perkembangan pengetahuan dan teknologi. Perkembangan pengetahuan dan teknologi, separuhnya, juga telah banyak mempengaruhi orang-orang dalam memilih pekerjaan.

Dalam beberapa masyarakat, "kerja" memiliki banyak perbedaan makna. Masing-masing kebudayaan, memaknai aktifitas yang disebut kerja itu, atau kata yang diartikan sebagai kerja dan bagian-bagian komponen proses kerja sangatlah berbeda. Perkembangan pengetahuan dan teknologi juga berkontribusi dalam meredefinisi makna dari kerja serta menciptakan beberapa generasi manusia yang berbeda dalam tiap perkembangannya. Misalnya generasi X. Manusia-manusia yang masuk dalam kategori ini adalah orang-orang yang lahir di antara tahun 1960-1980. Generasi ini, dikatakan memilih kerja yang mengutamakan kemapanan dan jenjang karir yang jelas. Perkembangan itu, juga hari ini, telah melahirkan generasi baru, generasi Milenial, yang juga punya nama lain Generasi Y, adalah kelompok manusia yang lahir di atas tahun 1980-an hingga 1995. Orang-orang yang hidup dizaman Milenial, berbeda dengan orang-orang generasi X. Generasi Y dikatakan cenderung tidak mementingkan kemapanan dan jenjang karir, tetapi lebih pada kesenangan dan kenyamanan di tempat di mana ia bekerja. Berdasarkan latar belakang tersebut,  dalam tulisan ini, penulis akan berusaha menjelaskan bagaiamana generasi X dan Y, memilih dan membangun karirnya.

Dinamika kerja Generasi X dan Y

Generasi X (Xers) adalah sebuah istilah untuk satu generasi dari orang-orang Eropa atau Amerika lahir antara 1960 dan 1980 (Gardiner, Grace dan King 2015; McNeese-Smith dan Crook 2003; Stuenkel, de la Cuesta dan Cohen 2005; Zemke; Raines dan Filipczak 2000). Xers dikenal sebagi generasi yang cerdas dan independen. Mereka cenderung mencari kerjaan yang seimbang antara kerja dan kehidupan personal.  Kerja generasi X, banyak dimotivasi oleh nilai (gaji) yang mereka peroleh dari pekerjaannya (Lancaster dan Stillman 2005; Stuenkel, de la Cuesta dan Cohen 2005).  Generasi Xers nampak sangat menyeimbangkan antara kerja dan hidup, dan hubungan kerja yang positif, ketimbang generasi Boomers dan generasi Y.(Eisner 2005; Beutell dan Wittig-Berman 2008; Shen Kian, Wan Yusoff dan Rajah 2013; Wan Yusoff dan Shen Kian 2013).

Santos & Cox (2000) mengatakan, Generasi X dalam kehidupannya, lebih banyak fokus pada pembangunan karir dan keinginan mereka yang besar untuk meningkatkan kemampuan dalam bidangnya, demi untuk jenjang karir dan nilai jual mereka di masa depan. Begitu pun bila mereka ingin berhenti dari pekerjaan, keputusan itu, lebih mendasarkan pada pertimbangan masa depan karirnya dan besaran gaji yang mereka terima (Hammil, 2005). Kerja, dalam generasi X pada prinsipnya, memang lebih pada kematangan dan kemapanan yang diperoleh dari jenjang karir di tempat mereka bekerja.

Berikutnya adalah generasi Y, disebut juga generasi milenial. Orang-orang dari generasi ini, memiliki karakter yang sama dan dipandang sebagai generasi yang tidak terlalu memusingkan keadaan yang terjadi di negaranya. Generasi Y lahir antara 1980-1995 (Horvthov, Blha dan opkov 2016; Knight 2014; Zemke, Raines dan Filipczak 2000). Dalam studi lintas budaya Murphy, Gordon dan Anderson (2004), menemukan bahwasanya generasi Y, tidak mempersiapan dirinya untuk bekerja sapanjang waktu layaknya generasi baby-Boomers yang mereka katakan sangat konvensional. Wan Yusoff dan Shen Kian (2013) dalam (Smola dan Sutton 2002; Eisner 2005; Morrison, Erickson dan Dychtwald 2006; Shaw dan Fairhurst 2008; Cogin 2012; Shen Kian, Wan Yusoff and Rajah 2013) mengatakan bahwa generasi Y mengartikan kerja hanyalah satu proritas dalam hidup, namun buka prioritas utama. Generasi Y, memang tidak terlalu memusingkan jenjang karir dalam pekerjaan mereka. 

Telah banyak studi ilmiah menunjukkan bahwa ada perbedaan tujuan dan motifasi lintas generasi dalam mencari dan memaknai kerja. Glas (2007), menemukan bahwa generasi X dan generasi Y hampir seluruhnya berbeda dalam dunia kerja, apalagi dengan generasi Baby-Boomers, generasi sebelum X.  Generasi Y Tidak hanya terlihat berbeda secara penampilan, juga dalam pemanfaatan dan penggunakan teknologi dan juga pola pikir mereka sangatlah berbeda.

A longitudinal study of job mobility menyatakan, di sepuluh tahun awal, dalam pasar tenaga kerja, seorang pekerja muda akan bekerja di beberapa tempat, tidak menetap. Temuan lainnya, pekerja muda lebih sering gonta-ganti kerjaan sampai tiga-empat kali dalam 1 setahun. Sementara generasi X, perilaku atau keputusan mereka dalam mencari kerja, banyak dipengaruhi keluarga, seperti orang tua, nenek, dll. Disaat mereka bekerja sebagai karyawan di salah satu perusahaan,  mereka begitu loyal dan mengikuti seluruh peraturan di dalamnya. Hal tersebut dilakukan guna menjamin keseimbangan karir kerja mereka. Generasi ini, sangat memperhatikan jenjang karir dalam pekerjaannya. Sebab itu akan berimplikasi pada keseimbangan dan menjamin kehidupan, ekonomi, dan keluarga.

Kerja dan Pencari Kerja Era Milenial

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline