Lihat ke Halaman Asli

TapselMadina

وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُون

Berbagi Tidak Harus Menunggu Kaya

Diperbarui: 20 Desember 2020   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: mutiarasurga.org

Ini adalah ajaran paling berharga yang saya dapatkan dari sosok pahlawan yaitu dari almarhum Ibu saya yang telah meninggalkan saya tiga bulan lalu. Ini benar-benar terjadi dalam diri saya. Kami bukan dari keluarga yang berada, namun berbagi itu suatu kebiasaan yang dilakukan almarhum ibu saya. 

Waktu saya duduk dibangku SD, saya pernah bertanya kepada ibu saya kenapa ibu memberikan sebungkus nasi kepada pengemis sementara kita saja masih kurang? Ibuku menjawab berbagi itu merupakan sebuah amal zariah yang akan menjadi penolong kita di alam kubur nanti dan selalu mengalir sampai mati kita. Itulah kalimat yang terucap dari almarhum ibu saya. 

Itu adalah bagian dari sekilas mengapa saya mengambil judul ini. Bersama lomba JNE 3 Dekade Bahagia Bersama ini saya ingin menyampaikan defenisi bahagia itu seperti apa. 

Pagi hari, saya hendak berangkat pergi ke kampus. Saya melihat ada seorang anak, jika dilihat mungkin anak ini masih duduk dibangku sekolah dasar antar kelas 4 dan 5. Anak itu sedang bermain di tepi jalan dengan membawa karung goni. 

Saya heran apa yang hendak dilakukan anak sekecil itu diwaktu sekolah bukannya sekolah berpakaian rapi layaknya anak yang hendak berangkat sekolah, malah berada ditepi jalan dan membawa karung goni yang digenggam erat ditangan mungilnya.

Akhirnya rasa penasaran saya muncul dan menghampiri anak kecil itu. Saya bertanya hal apa yang hendak kamu lakukan adik..? dia hanya diam dan menunduk. Karena mau ke kampus juga mendadak akhirnya saya meninggalkan anak itu dan memberikannya uang 2000 rupiah. Namun, sampai di kampus hati kecil saya masih bertanya kenapa anak sekecil itu tidak berangkat sekolah padahal zaman sekarang pendidikan itu sangat penting. 

Keesokan harinya ditempat yang sama, saya melihat anak itu dengan baju dan celana yang sama dipakai saat awal jumpa. Saya mendekati adik itu dan bertanya lagi kepada si adik kecil itu, kenapa adik tidak berangkat sekolah ini kan hari kamis..?, dia menjawab dengan nada rendah, "saya tidak sekolah bang".

Dalam hati, "yaallah sampai saat ini masih ada seorang anak yang tidak mengeyam pendidikan". Akhirnya saya dengan senang hati mengantar anak kecil itu kerumahnya. 

Sampai di rumahnya saya melihat anak kecil bersama seorang ibu, ternyata anak kecil itu adik dari anak kecil yang bermain di tepi jalan bersama ibunya. Namanya juga mahasiswa saya juga masih membutuhkan uang buat sekolah, alhamdulillah dengan bantuan beasiswa yang saya dapat dibangku kuliah. 

Saya hanya bisa memberikan sisa uang jajan dan tabungan saya kepada adik kecil yang suka bermain dan memulung sampah ditepi jalan tersebut. Keesokan harinya saya baru teringat bahwa masih ada pakaian saya waktu kecil yang tersimpan dilemari dan masih layak untuk dipakai.  Saya langsung bergegas kerumah anak itu memberikan baju-baju saya yang sudah tidak muat saya pakai. 

Alhamdulillah setelah saya beri ke anak tersebut.  Setelah saya berikan baju itu saya melihat senyuman bahagia di wajah orang tua dan anak itu. Dan air mata saya pun tak terbendung lagi, saya teringat kata penting dari almarhum ibu saya "memberi tidak harus kaya dulu"  Saya dapat melihat bahwa betapa indahnya berbagi dengan sesama yang membutuhkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline