Istilah Fatherless adalah peran figur ayah dalam proses pengasuhan yang minim atau bahkan tidak ada, baik secara fisik maupun psikologis. Belakangan ini Indonesia di sebut-sebut menjadi negara Fatherless ketiga di dunia. Interaksi antara Ayah dan Anak di Indonesia bisa di bilang masih minim, karena para Ayah cenderung hanya fokus dalam mencari nafkah, tanpa terlibat banyak dalam proses pengasuhan. Hal ini di dukung pula dengan budaya patriarki yang masih melekat dalam masyarakat. Dimana tugas laki-laki bekerja, dan perempuan di rumah mengurus pekerjaan rumah dan mengurus anak. Tanpa kita sadari budaya Patriarki sendiri diajarkan dan di tanamkan oleh para orang tua pada anak-anak mereka.
Fatherless juga berdampak terhadap karakter anak dan kematangan psikologis peran ayah dalam pengasuhan memang sangat penting bagi anak dalam tumbuh kembang nya dan caranya melihat dunia luar.
Meskipun belum ada publikasi ilmiah terkait peringkat indonesia negara Fatherless ke tiga bisa di katakan Indonesia memang negara Fatherless. Survey yang telah di lakukan KPAI tentang proporsi pola asuh anak juga dapat menujukkan indonesia merupakan negara Fatherless
Indonesia Negara Fatherless Ketiga Di Dunia
Sepuluh mahasiwa UNS dari program studi Pendidikan Guru paud Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan angkatan 2019 membuat proyek edukasi peran ayah dengan tujuan meminimalisir budaya Patriarki proyek ini di latarbelakangi fakta bahwa indobesia menjadi negara Fatherless ketiga di dunia namun pihak perwakilan tim proyek tidak menyebutkan bukti ilmiah bahwa indonesia merupakan negara Fatherless ketiga di dunia, perwakilan tim tersebut hanya menjelaskan bahwa klaim tersebut didapat dari berita yang di siarkan di cnn. Pencarian jurnal terkait ranking Fatherless dengan memasukkan keyword rank fatherless country tidak menampilkan secara pasti ranking Fatherless indonesia, begitupula dengan keyword Indonesia fatherless ketiga di dunia tidak ada jurnal ilmiah yang dapat menampilkan rank fatherless.
Patriarki di Indonesia
Istilah Patriarki secara harfiah bermakna rule of father pada awalnya di sematkan pada keluarga yang segala peraturan dan ketentuannya di atur oleh laki-laki. Sedangkan dalam makna kontemporer memiliki arti dominasi laki-laki dalam berbagai aspek yang kemudian menempatkan perempuan dalam posisi subordinat atau lebih rendah.
Di Indonesia Patriarki kini sudah menjelma menjadi budaya yang di warisankan turun temurun antargenerasi. Salah satu contohnya budaya jawa dalam melihat perempuan, dalam budaya jawa laki-laki sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah. Sedangkan perempuan mengerjakan pekerjaan domestik di dalam rumah. Hal tersebut memunculkan istilah-istilah yang menekankan infentrioritas perempuan dibanding laki-laki beberapa diantara nya adalah kanca wingking istri dianggap teman dibelakang atau teman yang mengurusi pekerjaan rumah tangga, surga neraka katut suami yang menentukan istri masuk surga atau neraka suami masuk surga maka istri juga nunut masuk surga bila suami masuk neraka maka istri juga meskipun berhak masuk surga karena amal nya, nek awan dadi teklek, nek bengi dadi lemek istri ketika siang hari menjadi kaki dan ketika malam hari menjadi alas tidur suaminya kemudia istilah 3M Macak, Masak, Manak istri harus bisa berdandan, memasak, dan memberikan keturunan hal ini ditanamkan oleh orangtua perempuan jawa bahwa perempuan itu harus bisa Macak, Masak, Manak.
Selain budaya patriarki sterotype budaya laki-laki tidak pantas mengasuh anak dan tidak boleh terlibat dalam proses pengasuhan juga menjadi penyebab Fatherless di Indonsia. Padalah tantangan pengasuhan semakin berkembang dari masa ke masa. Disamping itu kebutuhan masyarakat moderen yang semakin luas menjadikan bekerja adalah prioritas untuk bisa mencapai target yang berkaitan dengan matreril. Sehingga waktu ayah untuk anak berkurang dan cenderung tidak berkualitas.
Dampak Fatherless terhadap karakter anak
Dampak fatherless terhadap karakter anak adalah rusaknya kondisi psikologis di sebut juga father hunger terdapat 4 kondisi anak-anak yang mengalami father hunger diantara nya adalah (1) Anak cenderung merasa minder dn rendah diri serta sulit menyesuaikan di lingkungan baru. Karena keterlibatan ayah dalam pengasuhan mempengaruhi cara pandang anak terhadap dunia luar (2) kematangan psikologis anak cenderung lambat dan sikap nya cenderung ke kanak-kanakan (3) Anak cenderung lari dari masalah dan sering emosional ketika dihadapkan pada masalah (4) Anak kurang bisa mengambil keputusan dan ragu ragu bila mengambil keputusan yang harus diputuskan secara cepat dan tegas.