Lihat ke Halaman Asli

Rahma Sasi Kirana

Mahasiswa Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Dampak Urbanisasi Terhadap Ketahanan Pangan: Menyikapi Perubahan Demografi di Indonesia

Diperbarui: 11 November 2024   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Urbanisasi yang pesat di Indonesia membawa dampak signifikan terhadap ketahanan pangan, baik dari sisi ketersediaan, akses, stabilitas, maupun kualitas pangan. Proses pergeseran penduduk dari daerah pedesaan ke perkotaan telah mengubah pola konsumsi, distribusi pangan, dan cara produksi pangan lokal. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis dampak urbanisasi terhadap ketahanan pangan di Indonesia, serta menawarkan solusi atas tantangan yang muncul. Berdasarkan data terkini, artikel ini mengeksplorasi perubahan demografi, tren konsumsi pangan, dan tantangan sektor pertanian yang harus dihadapi untuk menjaga ketahanan pangan di masa depan.

Urbanisasi adalah fenomena demografi yang sangat memengaruhi hampir semua aspek kehidupan di Indonesia. Sejak beberapa dekade terakhir, Indonesia telah mengalami proses urbanisasi yang sangat cepat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, sekitar 56,7% dari total penduduk Indonesia pada tahun 2020 tinggal di daerah perkotaan, dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 68,8% pada tahun 2045. Perpindahan massal penduduk dari pedesaan ke perkotaan ini tentu saja membawa perubahan besar, salah satunya terhadap pola konsumsi pangan dan ketahanan pangan nasional.

Ketahanan pangan adalah kondisi di mana pangan tersedia dalam jumlah yang cukup, terjangkau, dan memiliki kualitas gizi yang baik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, proses urbanisasi membawa tantangan besar bagi ketahanan pangan di Indonesia. Pergeseran gaya hidup masyarakat perkotaan yang lebih bergantung pada produk pangan olahan dan impor, serta berkurangnya lahan pertanian, semakin meningkatkan kerentanannya terhadap fluktuasi harga dan gangguan pasokan. Artikel ini bertujuan untuk menggali lebih dalam dampak urbanisasi terhadap ketahanan pangan dan bagaimana kebijakan serta tindakan yang tepat dapat membantu menghadapinya.

 Urbanisasi dan Perubahan Demografi di Indonesia

Urbanisasi di Indonesia tidak hanya mencakup pergerakan penduduk dari desa ke kota, tetapi juga disertai dengan perubahan pola konsumsi, sosial, dan ekonomi. Di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, sektor industri dan jasa berkembang pesat, yang menarik penduduk dari pedesaan untuk mencari peluang kerja dan kehidupan yang lebih baik. Menurut BPS (2022), sebagian besar urbanisasi terjadi di pulau Jawa, yang menjadi rumah bagi lebih dari 58% penduduk perkotaan di Indonesia.

Perubahan demografi ini membawa dampak besar terhadap ketahanan pangan. Sebagai contoh, masyarakat perkotaan cenderung mengonsumsi lebih banyak produk pangan olahan yang lebih praktis dan cepat saji, seperti mie instan, makanan kaleng, dan minuman ringan. Pola konsumsi ini berbeda dengan pola konsumsi di pedesaan yang lebih bergantung pada bahan pangan segar dan hasil pertanian lokal. Selain itu, urbanisasi juga meningkatkan permintaan akan pangan impor, yang menyebabkan ketergantungan terhadap negara lain dalam penyediaan pangan bagi penduduk perkotaan.

Dampak Urbanisasi Terhadap Ketahanan Pangan

1. Perubahan Pola Konsumsi Pangan
   Urbanisasi mendorong perubahan dalam pola konsumsi pangan. Masyarakat perkotaan, dengan gaya hidup yang serba cepat, semakin mengandalkan makanan olahan dan siap saji yang praktis. Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian (2023), konsumsi mie instan di Indonesia terus meningkat, dengan total konsumsi mencapai 15,2 miliar bungkus pada 2021. Makanan olahan dan cepat saji, meskipun mudah diakses dan terjangkau, sering kali memiliki kandungan gizi yang lebih rendah dibandingkan dengan pangan segar dan lokal.

   Selain itu, konsumsi produk pangan impor juga semakin meningkat, seperti gandum, daging, dan produk berbasis kedelai. Pada tahun 2022, Indonesia mengimpor sekitar 9,5 juta ton gandum dan 2,5 juta ton kedelai, yang sebagian besar digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan di kota-kota besar. Ketergantungan pada pangan impor ini dapat menyebabkan kerentanannya terhadap fluktuasi harga dan perubahan pasokan global.

2. Pengurangan Lahan Pertanian
   Salah satu dampak langsung dari urbanisasi terhadap sektor pangan adalah konversi lahan pertanian menjadi lahan untuk pembangunan perumahan, industri, dan infrastruktur. Berdasarkan data Kementerian Agraria dan Tata Ruang (2021), Indonesia kehilangan sekitar 100.000 hektar lahan pertanian setiap tahunnya akibat konversi lahan. Di pulau Jawa, yang merupakan wilayah dengan tingkat urbanisasi tertinggi, banyak lahan pertanian yang dialihfungsikan untuk pembangunan perumahan dan pusat industri.

   Pengurangan luas lahan pertanian ini dapat menurunkan kapasitas produksi pangan domestik, yang pada gilirannya mempengaruhi ketersediaan pangan lokal dan meningkatkan ketergantungan pada pangan impor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline