Lihat ke Halaman Asli

rahmasabila

MahaSiswa

Bullying dalam Dunia Akademik, Budaya Senioritas?

Diperbarui: 6 Juli 2024   12:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Bullying Dalam Dunia Akademik, Budaya Senioritas?

Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi setiap orang karena pendidikan dapat membuat sebuah negara mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam UUD 1945 juga disebutkan bahwa untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Di dalam pendidikan terdapat berbagai macam ilmu pengetahuan yang mampu membuat manusia menjadi lebih berkualitas. Oleh sebab itu, negara berlomba-lomba untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang ada. Karena pengaruh pendidikan yang begitu besar bagi kemajuan sebuah negara maka permasalahan yang berhubungan dengan pendidikan sangat di perhatikan.

Sistem pendidikan di Indonesia menduduki peringkat ke 70 dari 93 negara. Tidak hanya itu di kawasan Asia Tenggara, pendidikan di Indonesia menempati urutan yang rendah. Hal tersebut menunjukkan bagaimana sistem pendidikan di Indonesia yang masih kurang memperhatikan pendidikan. Pengaruh pendidikan bagi perkembangan generasi muda untuk menjadi individu yang berkualitas dan berpendidikan itu sangat penting. Dikarenakan pendidikan diharapkan menjadi wadah bagi generasi muda untuk tidak hanya pintar dari segi akademik tetapi juga perilaku. Namun, pendidikan tidak terlepas dari permasalahan-permasalahan yang meliputinya. Contoh permasalahan yang sering terjadi dalam pendidikan Indonesia adalah kekerasan. Kekerasan menurut Martono (dalam Fachruddin,2018) sering kali di pilih oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang di hadapi yakni dalam bidang politik (seperti konflik pemilu), sosial budaya, pendidikan ( seperti masa orientasi siswa dan mahasiswa), serta rumah tangga. Kekerasan adalah perilaku yang menyimpang dan sering dikaitkan dengan perilaku remaja. Salah satu budaya yang sering terjadi di suatu lembaga pendidikan adalah senioritas.

Senioritas menurut Siswoyo (2010) adalah keadaan lebih tinggi dalam pangkat, pengalaman serta usia, yaitu prioritas status atau tingkatan yang diperoleh dari umur atau lamanya bekerja maupun bersekolah. Pemberian keistimewaan kepada yang lebih tua dikarenakan karakter orang yang lebih tua biasanya lebih bijak berpengalaman dan berwawasan luas. Di Indonesia terdapat budaya menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda. Tetapi, budaya ini justru dimanfaatkan oleh para senior untuk bersikap sewenang-wenang terhadap junior. Sehingga sering terjadi kasus senioritas memunculkan aksi kekerasan disampingnya. Teori kontrol sosial di pelopori oleh Travis Hirschi. Teori ini merupakan teori yang melihat perilaku menyimpang dan perilaku tidak menyimpang yang dilakukan oleh seseorang (Kusumastuti & Hadjam, 2019). Teori kontrol sosial juga mejelaskan bahwa kurangnya sosialisasi serta integrasi dengan lingkungan (keluarga, masyarakat, sekolah) telah menyebabkan munculnya perilaku menyimpang. Teori tersebut juga memfokuskan mengenai perilaku menyimpang yang dilakukan remaja. Selain itu, Travis Hirschi (dalam Khodijah, 2018) menjelaskan dalam teorinya yakni perilaku tidak taat aturan merupakan perilaku dasar setiap manusia, maka dibutuhkan kontrol sosial agar manusia patuh pada aturan yang berlaku dan turut serta dalam upaya kontrol sosial di masyarakat.

Dalam dunia pendidikan senioritas dan bullying seperti menjadi kisah klasik, kasus senioritas dan bullying ini masih sering terjadi di lingkungan sekolah maupun kampus. Beragam upaya untuk menghentikan budaya ini, namun nyatanya kasus senioritas dan bullying ini sulit diselesaikan. Bagi para senior, perilaku senioritas menjadi ajang penyaluran balas dendam, pamer, bahkan popularitas. Begitu juga perilaku bullying memiliki banyak pengaruh baik secara jangka panjang dan jangka pendek terhadap korban. Beberapa hal yang menjadi faktor seseorang melakukan bullying adalah kesenjangan kelas yang terjadi antar individu, tradisi senioritas, ketidakharmonisan keluarga (broken home), lingkungan sekolah atau kampus yang diskriminatif.

Dampak bullying atau kekerasan ini akan membuat remaja lain yang melihat tindakan tersebut beranggapan bahwa bullying atau kekerasan merupakan sesuatu yang dianggap wajar untuk dilakukan, bukan hanya itu sebagian remaja akan tergabung dalam kelompok yang melakukan bullying kepada remaja yang lain dengan maksud agar tidak menjadi korban bullying. Dalam hal ini sangat diperlukan sekali integrasi sosial dalam lingkungan sekolah atau kampus. Menurut Ramlan Surbakti (2010) integrasi sosial yaitu, proses penyatuan berbagai kelompok sosial budaya dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu identitas nasional. Senioritas dan bullying terjadi karena tidak adanya kesatuan dalam hal sosial budaya dan identitas nasional sehingga para senioritas menganggap bahwa mereka berhak melakukan kekerasan karena merasa paling berpengalaman dan menganggap hal itu adalah wajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline