Lihat ke Halaman Asli

Rahma Rafila

Mahasiswa

Pekan Budaya Nasional: Bersama Kita Jelajahi Pojok Danarto

Diperbarui: 29 Oktober 2023   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung FITK (Lobi Timur), Lt.1. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Dok Pribadi

Siapa yang tidak tahu Danarto? Seorang sastrawan dan seniman terkemuka di tanah air Indonesia ini. Danarto memiliki seorang ayah yang merupakan seorang mandor pabrik gula bernama Jakio Harjodinomo, dan ibu yang bernama Siti Aminah yang merupakan seorang penjual batik di pasar. Ia merupakan anak anak keempat dari lima bersaudara. Danarto dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 27 juni, 1941. Danarto sudah mempunyai bakat dalam bidang seni sejak ia kecil, sehingga membuat ia mempunyai ketertarikan lebih terhadap bidang tersebut.

Danarto mempunyai sanggar yang Ia dirikan bersama dengan teman-temannya, mereka memberi nama sanggar tersebut sebagai sanggar bambu. Sanggar bambu terletak di Jakarta, pada sanggar itulah Danarto belajar melukis. Ia juga membuat beberapa karya lainnya seperti menulis cerpen, puisi, dan essai di berbagai media massa. Ia juga aktif dan berkontribusi dalam penyutradaraan theater dan penata musik.

Karya-karya danarto sangatlah terkenal pada era tahun 1970-an dengan karya-karya yang sangat menakjubkan, disebutlah oleh beberapa kalangan menyebut karya danarto sebagai pembaharu dan karya tersebut juga menampilkan banyak eksperimen. Didalam karya-karya beliau, terdapat pesan moral patheistis (ketuhanan), ia meyakini apapun itu merupakan penjelmaan dari tuhan.

Karya Danarto sudah tidak diragukan lagi, salah satu kumpulan karya cerpennya, godlob (1975) telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan judul abracadabra oleh Harry Aveling. Dan beberapa cerpennya juga telah diterjemahkan kedalam bahasa perancis dan belanda. Karya-karya lainnya: Kumpulan Cerpen, Adam Ma'rifat (1982), Berhala (1987), Gergasi (1993), Kecapiring (2008), Orang Jawa Naik Haji (1984), Dan Setangkai Melati Di Sayap Jibril (2001). Drama, Obrok Owok-Owok, Ebrek Ewek Ewek (1976), Bel Guduwel Beh (1976). Novel, Asmaraloka (1999). Kumpulan Essai Gerak-Gerak Allah (1996) dan masih banyak lagi karya seorang pak Danarto.

Pada Pekan Kebudayaan Nasional yang merupakan acara tahunan dan selalu di selenggarakan sejak tahun 2019, pekan kebudayaan ini seringkali disebut dengan PKN. PKN diadakan oleh Dinas Pendidikan, Kebudayaan, Ekplorasi, dan Inovasi Republik Indoensia. PKN juga tersebar di 40 titik tempat yang ada di Jakarta, yaitu Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta timur, Jakarta utara, Bogor, Tangerang, Kepulauan Seribu dan Bekasi.

Prodi Pendidikan dan sastra Indonesia ikut andil dalam rangkaian acara Pekan Kebudayaan Nasional ini dan menjadi salah satu titik penyelenggara dalam rangkaian acara Pekan Kebudayaan Nasional.  Komunitas Danarto DKK bekerja sama dengan prodi PBSI dengan tujuan untuk merawat warisan Pak Danarto sekaligus memberikan penghargaan terhadap pak danarto selaku sastrawan Indonesia. Dan bukan kali pertama saja prodi PBSI mengangkat naskah-naskah danarto untuk dipentaskan oleh mahasiswa semester enam.

Selain pementasan, PBSI juga menyelenggerakan berbagai kegiatan lain, seperti berbincang-bincang tentang pemikiran danarto Bersama Sapardi Djoko, Radhar Panca, Dan Abdullah Wong. Serta haul yang diisi kegiatannya dengan berpidato Kebudayaan oleh Acep Zamzam Noer dan doa yang dilantunkan oleh Zahtrow Al Ngatawi, termasuk terstimoni dari keluarga, sahabat dan rekan dari Pak Danarto.

Ketua Organizing Committee, Rosida Erowati, M. Hum. Dalam sambutannya berbicara bahwa di bulan oktober ini, menjadi bulan yang meriah dalam memperingati Bahasa dan Kebudayaan di Indonesia. Namun, ia terus berusaha agar prodi PBSI tetap memperingati seluruhnya. Pada tahun ini, Pekan kebudayaan ini telah diadakan dan berlangsung sejak tanggal 20 -- 28 oktober 2023 di Gedung FITK (lobi timur), lantai satu.

Pekan Kebudayaan Nasional memiliki konsep sebagai "ruang tamu" yang bertujuan untuk menjadikan PKN bertemu dengan para pendengarnya, Sehingga dengan pertemuan tersebut dapat menimbulkan Kongsi dan aksi yang kolektif terhadap kebudayaan di Indonesia. para penyelenggara juga berharap bahwa pesan dan kesannya tersampaikan dengan baik, karena kebudayaan sangat berperan penting dalam mewujudkan negara yang berkenlanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline