Kepergian seorang akhwat bagi ikhwan mistis merupakan satu hal yang amat begitu memedihkan. Kebermaknaan dan keniscayaannya bak sebongkah berlian yang tak ternilai harganya. Dipercaya dan dikasihi oleh akhwat tentu saja adalah impian setiap ikhwan mistis. Satu kali saja mereka berada pada momen baik itu, niscaya segenap tenaga, pikiran, dan perasaan akan tertumpah ruah hanya untuk menjaga dan membahagiakannya.
Sungguh keberartian itulah yang kini tengah dirasakan oleh beberapa ikhwan mistis. Izal, Dede, dan Babe saat ini menjadi trisula yang berada dalam posisi dekat sekaligus rapat bersama para akhwat. Dari ketiganya, Dede merupakan yang paling aktif, reaktif, dan juga atraktif dalam usaha penemuan dan pendekatan akhwat tersebut. Segala daya upaya ia kerahkan agar sang pujaan hati meliriknya. Tentu lirikan yang diharapkan oleh Dede tidak sekedar atas dasar belas kasihan, namun murni atas kesamaan perasaan.
Dede selalu meyakini bahwa dalam hidup usaha tidak akan mengkhianati hasil. Meskipun ia paham bahwa dalam berusaha seringkali terkhianati dan tersakiti pada setiap prosesnya. Saat ini, seperti yang diketahui oleh rekan-rekan lainnya, Dede sedang berusaha mendekati seorang akhwat yang sudah cukup lama disukainya.
Rasa yang tumbuh dalam diri Dede kini semakin mekar dan berbinar. Ia memang belum tahu banyak soal pujaan hatinya, dan oleh karena itulah Wahyu dan Ical ia mintai bantuan untuk mencari info, fakta, dan data soal akhwat itu.
Entah apa yang membuat Dede suka terhadapnya, tetapi perasaan Dede mengatakan bahwa ia suka kepadanya. Dikala Dede sedang sendiri secara tak sadar pikirannya selalu terbayang akan perasaannya.
"Hmmm entah mengapa, tetapi kenapa aku sangat mengaguminya" Gumam Dede dalam hati.
Dede membayangkan parasnya yang anggun dengan senyum berseri yang terpancar dari wajahnya. Sering Dede melihat akhwat pujaannya melenggang menuju kelas dari kantin belakang kampus. Saking seringnya memantau, Dede sudah cukup tahu bahwa ia lebih sering menggunakan pakaian berwarna biru dongker dibanding warna lainnya. Ia juga jarang terlihat berjalan dan berkumpul sendirian. Selalu saja ada satu atau dua teman yang membersamainya.
Akhwat itu bagi Dede sangat menarik, badannya tidak terlalu tinggi, kulitnya putih bersih, dan tentu saja selalu bisa berpenampilan anggun dan pantas. Pernah beberapa kali Dede mendengar suaranya kala tak sengaja berpapasan di kampus. Terdengar nada suaranya yang mengalun lembut layaknya melodi indah dari biola.
Tutur katanya pun sopan dan bersahaja, ia mampu menggunakan diksi yang tepat pada setiap kalimat yang keluar dari mulutnya. Ia mampu mencerminkan sosok akhwat yang cukup ideal bagi Dede, indah di pandang dan baik dalam bersikap.
Pada suatu waktu, Dede lantas bertanya kepada Ical dan Wahyu tentang bagaimana seharusnya ia jika ingin mendekati akhwat yang namanya bahkan segan untuk diucapkan oleh Dede. Dalam hal ini Dede lebih sering menggunakan kata ganti "Si teteh" karena tak kuasa menahan segan untuk menyebut namanya.
"Jadi gimana nih cara gua pertama-tama deketin si teteh?" Tanya Dede.