Lihat ke Halaman Asli

Rahman Wahid

TERVERIFIKASI

Mahasiswa

Problematika Biaya Kuliah Abnormal di Masa New Normal

Diperbarui: 27 Juni 2020   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Pixabay/Alexandra_Koch

Belakangan ini pemerintah mulai kelihatannya mulai merubah strategi perang melawan virus corona dengan pendekatan yang lebih longgar. Pelonggaran pemberlakuan PSBB di beberapa daerah telah dilakukan bahkan di daerah yang termasuk zona berbahaya seperti Jabodetabek, Jawa Timur, dan Jawa Barat. 

Sejalan dengan kebijakan tersebut pemerintah berdalih bahwa sudah saatnya masyarakat "berdamai" dengan virus corona yang sampai saat ini belum pula ditemukan vaksinnya. Pertimbangan pemerintah ini juga dikaitkan dengan upaya mengurangi dampak kemerosotan ekonomi agar tidak semakin memburuk.

Slogan new normal kemudian menjadi hits yang terus menerus didengungkan oleh pemerintah agar masyarakat bisa mulai kembali melakukan aktivitas kesehariannya namun dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. 

New normal memungkinkan banyak sektor untuk kembali beraktivitas seperti industri, perkantoran, pasar, pariwisata, dan dunia pendidikan. Terkhusus dalam dunia pendidikan, kebijakan new normal dapat memberikan akses terhadap sekolah dan perguruan tinggi untuk kembali menjalankan proses pendidikan secara tatap muka.

Dalam ranah pendidikan adanya kebijakan new normal ini yang hanya berfokus kepada pembukaan sekolah tidak cukup banyak memberi manfaat. Mengapa demikian? 

Di masa pandemi seperti ini, pembukaan sekolah yang memungkinkan adanya kerumunan dalam jumlah besar malah justru membahayakan terhadap para pelajar kita untuk terpapar virus corona. Selain itu pembukaan sekolah di masa pandemi dikhawatirkan dapat menjadi area baru kluster dari penyebaran virus.

Terlepas dari bahaya virus corona kebijakan new normal dalam dunia pendidikan semestinya juga lebih jauh memikirkan tentang bagaimana orang tua dan para pelajar agar tetap terus bisa melanjutkan belajarnya baik di tingkat pendidikan dasar, menengah, maupun tinggi. 

Hal ini justru menjadi topik penting yang juga tidak boleh dilupakan oleh pemerintah dan instansi terkait karena seperti yang diketahui bersama bahwa pandemi ini telah menyebabkan kelumpuhan ekonomi yang cukup parah dan salah satunya yang paling berdampak kepada masyarakat adalah penurunan jumlah penghasilan.

Realitas masyarakat yang mengalami penurunan bahkan kehilangan penghasilan akan berdampak pula pada kesanggupan untuk membayar biaya pendidikan. 

Jenjang pendidikan dasar dan menengah  negeri mungkin tidak terlalu dipusingkan dengan beban biaya pendidikan karena sebagian besar ditanggung oleh pemerintah, namun bagaimana dengan biaya kuliah di pendidikan tinggi baik negeri maupun swasta yang terkenal mahal?   

Jika kita melihat ke belakang bahkan sebelum pandemi corona hadir, banyak masyarakat yang menilai bahwa biaya untuk kuliah sangatlah mahal. Tak heran jika banyak masyarakat yang berpikir seribu kali untuk memasukan anaknya ke bangku perkuliahan, alasan utamanya tak lain karena takut tidak dapat membayar anaknya kuliah hingga tuntas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline