Lihat ke Halaman Asli

Rahman Wahid

TERVERIFIKASI

Mahasiswa

Bagaimana Seharusnya Kita Menyikapi Sunda Empire?

Diperbarui: 22 Januari 2020   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Youtube/Kompas TV

Kasus Sunda Empire belakangan ini tengah menjadi isu hangat di masyarakat. Sepekan sebelumnya masyarakat juga sempat digegerkan oleh deklarasi kerajaan Agung Sejagat di Purworejo. Memang awal tahun ini beragam isu begitu meramaikan khazanah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Sunda Empire mengklaim diri sebagai kekaisaran dunia yang berpusat di Kota Bandung Jawa Barat. Pimpinan mereka dalam deklasarinya menyatakan bahwa Sunda Empire adalah organisasi tertinggi di dunia atau setingkat di atas PBB. Bahkan dengan sesumbar mereka mengatakan bahwa Sunda Empire merupakan pucuk pimpinan yang mengatur segala aktifitas di dunia, mulai dari klaim memonopoli ekonomi dunia, militer, dan juga sistem pemerintahan.

Lalu Bandung mereka tasbihkan sebagai kota suci dan menjadi episentrum dunia. Dasar dari pembentukan Sunda Empire yang mereka klaim yaitu melanjutkan kejayaan kerajaan Padjadjaran. Mereka juga menilai bahwa kerajaan Padjadjaran atau Sunda Empire telah ada sejak sebelum masehi dan anehnya bukan berlokasi di Bandung, tetapi di Eropa yang dicetuskan oleh Alexander Agung lalu berkaitan juga dengan Cleopatra di Mesir.

Melihat keanehan semacam ini jelas membuat saya geleng-geleng kepala. Maklum saja saya lahir dan besar di Bandung, dan jelas ketika isu ini mencuat ke permukaan, sebagai orang Bandung tulen dan juga bersuku Sunda, saya tentu merasa berkewajiban untuk mengemukakan pendapat dan sikap. Lalu bagaimana seharusnya sikap orang Bandung dalam meninjau permasalahan ini?

Pertama, diperlukan ketenangan hati saat membedah problema ini. Sebagai orang Bandung mungkin kita sedikitnya menjadi gelisah, bingung, dan emosi akibat viralnya Sunda Empire. Terlebih bagi saya, kegaduhan yang dibuat Sunda Empire menjadi kian menarik manakala tempat deklarasi Sunda Empire justru berlokasi di kampus tempat saya kuliah.

Analisis dari adanya dampak buruk yang dihasilkan, maka jelas ketenangan menjadi kunci keberhasilan agar dapat memperoleh kesimpulan yang ajeg dan baik untuk menyikapi kasus Sunda Empire. Ketenangan akan membawa kita agar tidak mudah terprovokasi dengan isu-isu yang dapat menggiring ke arah pemecahbelahan serta pengkerdilan daya nalar.

Kedua, kejernihan pikiran. Sudah seharusnya kita mendayagunakan akal kita secara tajam dan mendalam ketika dihadapkan pada permasalahan Sunda Empire. Lewat kejernihan pikir, kita akan mampu menganalisa kasus ini lebih detail dan komprehensif sehingga mampu menemukan sebab, akibat, pencegahan, dan penyelesaian dari masalah ini.

Ketiga, refleksi diri. Setelah dimulai dengan kondisi tenang dan dalam pikiran yang jernih, maka tahap terakhir yang perlu dilakukan adalah merefleksi diri. Ini penting guna menyikapi hasil olah pikir kita ketika membedah dan menganalisa kasus Sunda Empire. Refleksi diri menjadi perlu manakala kita hendak mencari jalan terbaik dari kasus ini.

Jika kita tinjau problema Sunda Empire dalam fase refleksi, maka kita akan bertemu dengan beragam akar masalah yang hendak diselesaikan. Misalnya saja kita akan menduga bahwa bisa saja Sunda Empire muncul atas dasar kekecewaan mereka terhadap sistem pemerintahan di negara ini yang belum mampu mensejahterakan warganya, sehingga mereka terbius oleh romantika kejaayaan masa lampau serta hendak kembali mendirikannya.

Contoh lain yang juga rasional sebagai bahan refleksi adalah bahwa kasus Sunda Empire ini seolah-olah menyadarkan kita terutama generasi muda akan pengetahuan dan keadaan sejarah kita yang belum begitu baik. Sunda Empire bisa saja menasbihkan diri sebagai imperium dunia lewat beragam argumennya, lalu ketika ditanya mana argumen pembatalnya kita sendiri tidak tahu karena memang kebanyakan dari kita tidak tahu sejarah daerah sendiri secara mendalam.

Sebuah ironi memang jika hal itu terjadi, dan mungkin saya rasa memang sedang terjadi. Kejadian ini bisa kita refleksikan sebagai momentum bagi setiap masyarakat untuk kembali membaca sejarah daerah mereka sendiri, sehingga ketika kita diiming-imingi masuk ke dalam kelompok semacam ini atau kita dihadapkan untuk mendebatnya kita mempunyai landasan dan dasar filosofi yang kuat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline