Lihat ke Halaman Asli

Rahman Wahid

TERVERIFIKASI

Mahasiswa

Ningsih Tinampi adalah Kunci

Diperbarui: 9 Desember 2019   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: Youtube/Ningsih Tinampi

Anda mual-mual, bibir pecah-pecah, tenggorokan panas, sakit di area ulu hati, kepala serasa ditusuk-tusuk, susah dapat momongan, susah buang air besar, dan susah dapat jodoh? Selamat, anda kini sudah tidak perlu khawatir lagi, sebuah alternatif baru terbarukan sudah hadir di tengah-tengah kita semua. Ya Ningsih Tinampi ada untuk anda.

Begitu kira-kira yang membuat masyarakat Indonesia geger belakangan ini. Hal ini tidak lain karena sedang viralnya pengobatan alternative yang disinyalir banyak orang sangat ampuh dan jitu. Seorang wanita asal Pasuruan, banyak disorot media karena keahlian dan legitimasi banyak pihak akan keahlian yang dimilikinya.

Selama membuka praktik pengobatan alternatif, ia telah menerima pasien dari berbagai daerah di nusantara bahkan internasional dengan ragam keluhan yang berbeda pula. Saking populer dan dipercayanya, barangsiapa yang mau berobat atau sekedar berkonsultasi dengannya, para pasien harus menunggu antrian selama kurang lebih enam bulan, bahkan dalam liputan salah satu media nasional, dikatakan bahwa antrian untuk berobat ke klinik Ningsih Tinampi jika kita mendaftar hari ini baru akan bisa dilayani kelak pada tahun 2021. Luar biasa.

Orang-orang bisa dengan mudah tahu mengenai informasi ini karena para pasien juga ikut secara aktif dalam menjadi agen marketing klinik lewat postingan di berbagi media sosial. Upaya demikian rupanya membuat banyak kalangan menjadi tertarik untuk mencoba peruntungan berobat ke klinik Ningsih Tinampi, apalagi bagi mereka yang sudah berobat kesana-kemari tetapi tak kunjung sembuh juga.

Jangan salah, pasien dari klinik ini tak hanya berasal dari kasta ekonomi dan pendidikan rendah saja. Namun semuanya ada, dan percaya bahwa Ningsih Tinampi adalah kunci dari segala upaya pencarian kesembuhan mereka. Mau tidak mau dengan demikian fenomena ini harus juga menjadi fokus perhatian bahkan dari Kementrian Agama dan Kesehatan, ulama, ikatan dokter, dan masyarakat secara umum.

Ada beberapa hal yang bisa kita bedah dalam menilai peristiwa ini. Salah satunya adalah soal kepercayaan masyarakat kita tentang hal-hal metafisis. Memang tidak bisa dipungkiri hal semacam itu jelas ada. Metafisik sebagai realitas hidup manusia yang abstrak telah menjadi ruh yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia.

Akan tetapi, dalam konteks ini, ada persoalan yang mesti dievaluasi, yaitu paradigma berpikir masyarakat yang mendewakan pola pikir metafisis yang cenderung berbau mitos dalam bersikap. Tentu ini mengingatkan kita kembali atas salah satu ciri manusia Indonesia yang dikatakan oleh Mochtar Lubis yaitu percaya takhayul.

Sekali lagi, percaya kepada hal goib atau metafisik itu jelas perlu, namun mendewakannya seolah-olah segala kesulitan hidup seperti penyakit selalu disangkut pautkan dengan hal mistik semacam pelet, santet, susuk tidak bisa dibenarkan pula. Saya sendiri percaya ilmu-ilmu seperti itu ada, tetapi tentu cara berpikir tidak elok juga jika hanya di dominasi oleh pemikiran mistik sehingga mengenyampingkan rasio.

Jika kita meninjau fenomena dan cara berpikir demikian, maka akan ditemukan kesesatan berpikir yaitu argumentum ad ignoration atau argumen yang didasarkan pada hal-hal abstrak dan mistis. Tentu ini perlu menjadi perhatian agar ke depan paradigma berpikir masyarakat bisa lebih jernih dalam menganalisa satu pokok persoalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline