Sebuah pengalaman bisa datang kapan saja. Pengalaman yang merubah cara pandang, pengalaman yang menjadi refleksi sekaligus tamparan keraspun bisa datang dari mana saja.
Tak terkecuali pengalaman berkendara menggunakan kereta. Sebuah pengalaman yang berharga, sebuah pengalaman yang mengoyak jiwa, dan mungkin kurang disadari orang banyak.
Dari balik jendela kereta, aku melihat kondisi negeriku, yang kudengar kata orang banyak adalah negeri yang makmur, belum lagi sikap orangnya yang ramah tamah pula. Kata orang negeriku adalah negeri yang pantas dijuluki sebagai surganya dunia.
Kata orang negeriku adalah negeri yang paling kaya. Emas, gas, minyak, mutiara semuanya sudah kumplit tersedia. Hutannya luas, pun begitu dengan lautannya yang membentang nan indah.
Kata orang negeriku adalah penghasil rempah terbanyak dunia. Kata orang dalam urusan pertanian dan perikanan negerikulah salah satu yang terbaik diantaranya. Betapa takjub dan bangganya mendengar perkataan orang--orang tentang negeriku.
Entah mengapa, kini, sedikit demi sedikit aku seperti menemukan kejanggalan tentang kondisi negeriku. Tak seperti apa yang dikatakan orang--orang tadi.
Seolah semua yang dikatakan orang tentang negeriku tadi hanya sebuah kebohongan belaka. Aku merasa terperdaya oleh perkataan orang, aku merasa dikhianati, aku merasa tertipu.
Dibalik jendela kereta, aku melihat kejanggalan yang kurasakan itu sepertinya benar juga. Ketika data tak sesuai fakta dan realita, ketika cerita hanyalah sebuah dusta, dan ketika apa yang digambarkan hanyalah sebuah kepalsuan.
Apa yang kulihat dibalik jendela kereta ternyata berbeda dengan apa yang dibanggakan. Apa yang kulihat dibalik jendela kereta banyak berbeda dengan apa yang diberitakan di berbagai media. Padahal ekspektasiku begitu tinggi tentang negeriku ini. Aku kecewa, aku tertegun.
Sore kemarin aku melihat berita di televisi. Pemerintahku mengatakan bahwa kemiskinan di negeriku sudah berkurang, katanya sektor pertanian di negeriku mengalami kemajuan, katanya negeriku semakin modern, katanya pengangguran berkurang, sekolah murah, semuanya menggambarkan kondisi negeriku yang mengarah pada kemajuan.
Sungguh rupanya itu hanya utopia belaka. Buktinya, dibalik jendela kereta aku melihat hal yang kontradiktif! Mungkinkah aku salah lihat atau ngelamun? Ku gosok kedua bola mataku, sekali lagi aku lihat dari balik jendela. Ternyata tidak, aku tidak salah lihat, aku tidak ngelamun. Memang benar, semua yang diberitakan di televisi banyak mengandung kebohongan!