Lihat ke Halaman Asli

Rahman Wahid

TERVERIFIKASI

Mahasiswa

Wayang Golek, Mahabudaya yang Tak Lekang oleh Waktu

Diperbarui: 10 Maret 2018   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Indonesia.biz.id

Indonesia terkenal dimata dunia sebagai bangsa yang kaya akan budaya. Kekayaan budaya yang begitu berlimpah, tersebar merata dari Sabang sampai Merauke menjadi bukti nyata kekayaan budaya Indonesia. Mulai dari kesenian, bahasa, dan adat istiadat setempat semakin menambah keriuhan dan kesemarakan budaya Indonesia.

Tentunya budaya tadi disadari oleh masyarakat kita sebagai suatu identitas bangsa yang perlu untuk dijaga dan diwariskan. Budaya tidak hanya dianggap sebagai sarana hiburan semata, lebih dari itu budaya adalah suatu ciri masyarakat yang hidup didalamnya.
Peran vital budaya diantaranya adalah media edukasi bagi masyarakat.

Salah satu budaya daerah yang sangat sarat dengan edukasi juga pesan moral bagi masyarakat adalah wayang golek. Ya, kesenian yang satu ini bahkan dianggap sebagian kalangan sebagai "mahabudaya".

Wayang golek merupakan salah satu kesenian khas masyarakat sunda. Kesenian wayang berfungsi sebagai media dakwah yang pertama tama di populerkan oleh Sunan Kalijaga. Seiring berjalannya waktu, perkembangan wayang di Indonesia pun cepat menyebar dan banyak mengalami modifikasi dan penyesuaian dengan konteks daerah masing - masing. Ada wayang yang terbuat dari kulit, kayu dan lainnya.

Wayang golek merupakan wayang yang terbuat dari kayu, dengan berbagai macam karakter didalamnya. Wayang golek begitu populer dikalanagan masyarakat sunda, Indonesia bahkan Dunia. Wayang golek yang difungsikan sebagai media dakwah memang dianggap efektif mengingat kultur masyarakat sunda yang begitu lekat dengan budayanya.

Pesan yang terkandung dalam sebuah pagelaran wayang golek memang begitu banyak yang bisa kita ambil. Mulai dari pesan agama, termasuk ajakan berbuat baik, dan menjauhi yang dilarang oleh agama. Wayang golek oleh para dalang kerap juga dijadikan sarana penyampaian aspirasi dan sindiran kepada para penguasa. Banyak wejangan - wejangan kepada para penguasa untuk adil dan jujur dalam mengurus rakyatnya.

Sering juga pesan moral disampaikan kepada masyarakat luas. Misalnya pesan yang berisi untuk tidak mabuk - mabukan, tidak menggunakan narkoba, serta menjauhi perilaku korupsi. Penyampaian dari para dalang yang lugas dan disertai humor membuat pesan yang ingin disampaikan mudah dipahami oleh penontonnya.

Tak salah memang jika kita melabeli wayang golek sebagai "mahabudaya". Ya, sebagai mahabudaya wayang golek telah melingkupi segala budaya dan seni yang ada. Mulai dari seni rupa, tari, teater, musik serta disajikan menggunakan bahasa sunda. Semuanya bersatu padu.

Maka tak heran ketika kita telah menyaksikan pagelaran wayang golek, banyak hal yang kita dapat. Materi yang berisikan petuah - petuah agama, pengingat, ajakan dan larangan bisa jadi membuat kita menjadi cepat - cepat untuk segera bertobat. Wayang golek merupakan media penyadaran masyarakat luas, dengannya masyarakat menjadi terbuka pikirannya dan lantas berubah menjadi lebih baik.

Namun belakangan ini kesenian wayang golek mulai kehilangan pamornya. Salah satu penyebab menurunya pamor wayang golek dikarenakan kalah bersaing dengan kebudayaan yang kekinian. Generasi muda kita lebih tertarik nonton sinetron, mereka lebih senang mantengin instagram, mereka lebih senang nonton film box office.

Tentu agar tidak punah dan tergerus oleh modernisasi wayang golek perlu beradaptasi dengan kondisi kekinian masyarakat. Para dalang sebagai tokoh sentral seni wayang golek, dituntut untuk lebih kreatif sehingga wayang golek tidak di cap sebagai kesenian yang udik dan kuno.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline