Lihat ke Halaman Asli

Aku, Anakku, dan kehidupannya

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1374548097766311056

[caption id="attachment_276837" align="aligncenter" width="576" caption="Alfa Rafa"][/caption]

"Anakku adalah segalanya bagiku," kalimat itulah yang langsung terlintas dalam benak saya, ketika saya mendengar kata anak. Seperti para orang tua lainnya, tak pernah merasa jemu saya berkumpul dan bercumbu dengan anak saya. Ketika anak saya sedang tidur, sambil membelai dan memandangi wajahnya, terkadang terlintas kekhawatiran-kekhawatiran dalam benak saya.

Pertama, khawatir tidak bisa mendidiknya dengan baik. Itu adalah kekhawatiran saya yang pertama dan utama. Bahwa anak adalah amanah, ujian dan cobaan. Ketika kita bisa mendidik anak dengan baik, hingga dia bisa menjadi orang sholeh, maka dia akan menjadi jalan pembuka menuju ke surga. Tetapi sebaliknya, apabila kita tidak bisa mendidiknya dengan baik, bahkan dia tumbuh tidak seseuai dengan harapan kita, nakal, brutal dan tak bisa dikendalikan misalnya, maka anak akan menjadi jalan menuju ke neraka bagi kita.

Kedua, saya khawatir tidak bisa memberikan kehidupan seperti yang dia inginkan. Dalam arti, ketika dia dewasa nanti, apakah saya bisa menuruti semua keinginan dia (tentu saja keinginan yang rasional). Misalnya dia ingin kuliah dimana, atau ingin di pesantren mana, dsb.

Ketiga, saya khawatir tidak bisa membuatnya bahagia, atau membawa dia menuju ke kebahagiaan dalam hidupnya.

Ketika saya mendengar ungkapan bahwa "Anak yang Hebat lahir dari Orang Tua yang Hebat", maka pandangan saya tentu saja langsung mengarah pada diri saya sendiri. Saya hanyalah orang biasa, yang jauh dari kata hebat (sehingga anda tak perlu berkata wow). Apakah mungkin bisa melahirkan anak-anak yang hebat? Baik kehebatan itu dari gen orang tua, atau kehebatan itu berasal dari hasil cara mendidik anak secara benar.

Yang saya tahu hanyalah, bahwa anakku adalah darah dagingku, yang aku sakit ketika dia jatuh, yang aku jauh lebih merasakan perih ketika dia menangis, yang aku gembira ketika melihat dia tertawa dan bahagia.

Anakku, selamat Hari Anak. Semoga Ayahmu ini bisa memberikan yang terbaik untukmu dan kehidupanmu.

#Untuk Alfa Rafa Mina Rahman




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline