Lihat ke Halaman Asli

Rahma Nur Laila

Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNS

Mengenal Aspek-Aspek Situasi Tuturan dalam Pragmatik

Diperbarui: 14 Maret 2023   18:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pragmatik pada dasarnya merupakan salah satu cabang ilmu linguistik yang berkaitan dengan semiotika atau tanda. Kajian pragmatik berdasarkan pada hubungan antara bahasa dan konteks yang kemudian ditafsirkan secara lebih rinci oleh berbagai ahli. 

Mengacu pada pengertian pragmatik sebagai suatu hubungan antara bahasa dengan konteks, selanjutnya dapat dijabarkan lagi bahwa pragmatik adalah suatu bentuk gramatikalisasi atau kode di dalam struktur bahasa yang menjadi suatu pertimbangan dalam memahami bahasa. 

Dengan kata lain, kemampuan seorang pengguna bahasa dalam menggunakan kalimat dengan tepat dipengaruhi oleh pemahaman pragmatiknya dalam menyesuaikan kalimat yang akan digunakannya dengan konteks. 

Kajian pragmatik digunakan untuk mengkaji makna di luar makna tuturan itu sendiri atau bisa juga disebut juga makna dari penuturnya sehingga dapat melihat hubungan pemakaian bahasa dengan pemakainya. Bisa dikatakan bahwa mempelajari pragmatik sama saja mempelajari aspek-aspek atau konteks luar dalam pemakaian bahasa yang turut memberikan makna bahasa dalam suatu tuturan.

Di dalam Pragmatik, kita mempelajari tindak tutur khususnya pada makna yang hendak disampaikan oleh penutur. Oleh karena itu, perlu diketahui bahwa proses menyampaikan dan menerima tindak tutur dalam pragmatik disebut situasi tuturan. 

Untuk mewujudkan situasi tuturan yang menguntungkan, kita perlu mengetahui aspek-aspek yang mempengaruhi tindak tutur dan dapat kita jadikan sebagai strategi agar situasi tuturan berjalan dengan lancar baik bagi penutur maupun mitra tutur. 

Aspek-aspek situasi tuturan yang perlu kita ketahui dan pahami tersebut dibagi menjadi lima, yakni: penutur dan mitra tutur, tujuan tuturan, ketepatan pemilihan konteks, sarana atau media tutur dan mematuhi prinsip kerja sama.

Dalam suatu situasi tuturan, kita harus memahami siapa penutur dan siapa mitra tutur. Hal tersebut akan mempengaruhi bahasa yang akan kita gunakan dalam tuturan tersebut. Misalnya dalam situasi percakapan antara seorang anak sebagai penutur dan seorang guru sebagai mitra tutur. 

Anak tersebut akan menyampaikan bahasa yang sopan kepada mitra tuturnya yang seorang guru untuk menunjukkan kesopanan. Lain halnya jika mitra tutur anak tersebut adalah temannya sendiri, tentu saja bahasa yang digunakan akan berbeda. Lalu, kita harus memahami tujuan dari tuturan, apa yang hendak penutur sampaikan kepada mitra tutur? 

Tujuan tuturan tersebut bisa disampaikan secara langsung maupun tidak langsung dan harus disesuaikan dengan pemahaman dan hubungan antara penutur dengan mitra tutur. 

Selanjutnya, kita harus mempertimbangkan aspek pemilihan konteks, di mana dalam situasi tuturan tentu saja mempunyai konteks sesuai tuturan. Misalnya dalam situasi tuturan antar teman akrab yang menggunakan istilah “Ibu Negara” untuk menyebut ibu kandung mereka masing-masing. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline