Tahukah kalian apa itu songket?
Songket yang berasal dari kata sungkit berarti cara menambah benang pakan dan benang emas pada benang lungsi. Kain songket merupakan salah satu budaya nusantara yang masih ada sampai sekarang dan pembuatan kain songket adalah salah satu mata pencaharian masyarakat. Terlebih di daerah Sawahlunto yang terkenal dengan Songket Silungkang-nya. Songket Silungkang dinamakan demikian sesuai dengan nama daerah penghasilnya, yakni Silungkang. Silungkang merupakan suatu daerah kecamatan yang terletak di kota Sawahlunto, Sumatera Barat.
Dalam rangka meningkatkan promosi Songket Silungkang, pada tahun 2015, pemerintah kota Sawahlunto menyelenggarakan sebuah perhelatan yang diberi nama SISCA. SISCA atau Sawahlunto International Songket Silungkang Carnaval digelar pada tanggal 28-30 Agustus 2015. Pergelaran karnaval internasional ini diadakan setelah pemerintah melakukan pembangunan Kompleks Pasar Songket yang terletak di dekat Kantor Camat Silungkang.
Sawahlunto International Songket Silungkang Carnaval (SISCA) ini adalah sebuah parade atau arak-arak yang melintasi jalan raya kota Sawahlunto yang menampilkan songket yang berasal dari Silungkang. Songket ini dibuat dengan bermacam-macam model seperti rumah gadang, bunga, payung, kuda kepang, dan model-model lainnya. Para penampil yang mengenakan kain songket ini didampingi oleh dayang-dayang di sebelah kiri dan kanan pada saat parade berlangsung.
SISCA tahun 2015 melibatkan 1500 orang peserta yang mengenakan kain songket Silungkang dengan berbagai model. Pada saat pergelaran parade ini, tercatat 17.2980 orang warga mengenakan kain songket. Karena hal inilah Museum Rekor Indonesia (MURI) memberikan penghargaan pada parade SISCA ini. Keberhasilan dan prestasi yang menyertai perhelatan ini membuat SISCA menjadi ajang tahunan yang dilaksanakan di kota Sawahlunto.
Pada tahun 2016, pemerintah kota Sawahlunto kembali menggelar SISCA pada tanggal 25-27 Agustus. Pada tahun kedua ini, panitia SISCA memberikan persyaratan bahwa kreasi kain songket harus terdiri dari komposisi bahan yakni 80% songket dan 20% bahan campuran. Selain itu, tahun kedua ini mengusung tema tambang. Yang menghasilkan berbagai macam desain songket dengan astraksi tambang batubara.
Perhelatan pada tahun kedua ini akhirnya ikut menegaskan bahwa Sawahlunto merupakan Kota Wisata Tambang. Kota Sawahlunto sendiri pernah berjaya di zaman kolonial Belanda sebagai kota tambang batubara. Bahkan Sawahlunto pernah menyandang sebutan kota industri di dunia.
Penyelenggaraan SISCA ini akhirnya tidak hanya bertujuan untuk meningkatan promosi songket di kancah dunia. Lebih dari itu, adanya SISCA ini merupakan upaya pemerintah dan masyarakat kota Sawahlunto untuk tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai budaya yang diturunkan oleh nenek moyang. Sekaligus memegang tujuan luhur untuk mewariskan songket sebagai identitas budaya kepada generasi selanjutnya.
Mari kita semua berharap bahwa akan ada banyak kegiatan-kegiatan serupa yang mempromosikan budaya bangsa kepada masyarakat luas. Bukan hanya agar budaya itu dikenal oleh orang-orang semata, namun agar budaya itu tetap eksis dan lestari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H