Lihat ke Halaman Asli

Optimalisasi Instrumen Keuangan Publik Islam untuk Mendukung Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia

Diperbarui: 14 Januari 2025   03:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pembangunan berkelanjutan telah menjadi salah satu prioritas utama bagi pemerintah Indonesia, seiring dengan komitmen global untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) pada tahun 2030. Dalam upaya mewujudkan hal ini, pembiayaan menjadi tantangan utama, terutama di tengah keterbatasan anggaran dan tingginya ketergantungan pada utang konvensional. Dalam konteks ini, instrumen keuangan publik Islam seperti zakat, wakaf, dan sukuk memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Dengan nilai-nilai yang berakar pada prinsip keadilan, keseimbangan, dan solidaritas sosial, keuangan Islam menawarkan solusi inovatif yang tidak hanya mengatasi tantangan finansial, tetapi juga mendorong inklusivitas dan keberlanjutan.

Instrumen Keuangan Publik Islam: Landasan Teoritis dan Potensi

Keuangan publik Islam didasarkan pada prinsip-prinsip syariah yang menekankan pentingnya kemaslahatan umum (maslahah), penghindaran pemborosan (israf), dan distribusi kekayaan yang merata. Instrumen seperti zakat, wakaf, infaq, dan sukuk dirancang untuk menciptakan keseimbangan ekonomi dan sosial.

Zakat dan Wakaf

Zakat dan wakaf merupakan instrumen yang unik dalam keuangan Islam karena berbasis sosial dan memiliki potensi besar untuk mengurangi kesenjangan ekonomi. Zakat, sebagai kewajiban agama, adalah instrumen redistribusi kekayaan yang bertujuan untuk membantu masyarakat miskin dan meningkatkan kesejahteraan sosial. Wakaf, di sisi lain, adalah aset atau dana yang dialokasikan untuk kepentingan publik secara berkelanjutan.

Potensi zakat di Indonesia sangat besar. Data dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menunjukkan bahwa potensi zakat mencapai lebih dari Rp 327 triliun per tahun. Namun, realisasinya masih jauh dari optimal karena tantangan seperti kurangnya kesadaran masyarakat, keterbatasan kapasitas lembaga pengelola, dan kurangnya transparansi dalam distribusi.

Wakaf juga memiliki peran penting dalam pembangunan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan wakaf produktif, aset wakaf dapat diinvestasikan dalam proyek-proyek strategis seperti pembangunan infrastruktur pendidikan, kesehatan, dan perumahan. Indonesia memiliki potensi wakaf tanah dan aset lainnya yang sangat besar, yang jika dikelola dengan baik, dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pembangunan nasional.

Sukuk

Sukuk, atau obligasi syariah, adalah instrumen pembiayaan berbasis aset yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Di Indonesia, sukuk telah digunakan secara luas untuk mendanai proyek infrastruktur seperti jalan, jembatan, dan fasilitas pendidikan. Sukuk negara tidak hanya menawarkan pembiayaan yang stabil dan berkelanjutan, tetapi juga melibatkan masyarakat dalam pembangunan nasional melalui investasi yang etis.

Peran Instrumen Keuangan Islam dalam Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan mencakup tiga dimensi utama: ekonomi, sosial, dan lingkungan. Instrumen keuangan publik Islam memiliki kapasitas untuk mendukung ketiga dimensi ini secara simultan:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline