“Hidup ituhanya sekali, namun jika kamu bisa hidup dengan benar
maka sekali itu lebih dari cukup.”
Itulah prinsip teguh yang di perpegangi oleh sosok bernama Maman. Seorang mantan sopir Angkot yang telah menghabiskan waktu selama belasan tahun, dengan berjuang mengais rezeki, dibalik deru mesin-mesin di kota metropolitan Makassar.
Berbekalperinsip itu, menjadikan hidupnya perlahan tapi pasti, terus merangsek naik. Cerita miris tentang sopir Angkot yang telah dijalaninya selama belasan tahun dengan segenap suka dukanya, kini tinggal menjadi kenangan indah pelecut spirit, yang pernah terpahat di lintasan transformasi kehidupannya. Kini profesi hari-harinya telah bermetamorfosa menjadi seorang Guru BK pada salah satu SMK di Makassar.
Tak cukup sampai disitu. Ia juga telah Bermetamorfosis menjadi seorang WTS, alias Writer, Trainer dan Speaker. Bahkan di bulan Juli 2014 kemarin, Penerbit Mizan pun telah menggelontorkan buku pertamanya, berjudul: METAMORFOSA; Change Your Life Touch Your Dream. Itulah Maman, yang merupakan nama kecil dari Rahman Patiwi, penulis artikel yang kini sedang anda baca.
Berbekal pemaknaan prinsip hiduppada kutipan pembuka dari artikel diatas itulah,membuat saya ingin terus berlari MEMBUMIKAN Impian. Mengangkat impek kebermanfaatan bagi sesama, sebagai sebuah AKSISOSIAL, pada orbit yang lebih menantang lagi. Yah, di 2015 nanti, saya bermimpi untuk tidak hanya jadi Guru dan WTS semata, yang notabene merupakan aktivitas berbasis “OFF-LINE” di dunia nyata. Tetapi juga bermimpi untuk mengkombinasikannya dengan gerakan berbasis “ON-LINE” secara maksimal, di dunia maya.
Hal itu menjadi skala prioritas saya, sekaligus menjadi resolusi awal tahun di 2015, yang kini tinggal menghitung hari. Seperti apakah muatan MIMPI SOSIAL itu secara lebih rinci? Ijinkan saya mengawalinya dengan mengungkapkan apa yang menjadi faktor pencetusnya, terlebih dahulu.
Impian #1: Berawal DariMiris
Sumber: Segala sesuatu sejatinya berawal dari visi bagi kebermanfaatan sesama I Ilustrasi I Kubik Training
Bermula pada tahun 1980-an, era kebangkitan neurosains. Hasil penelitian para pakar otak betapa terheran-heran melihat keunggulan ciptaan Tuhan pada anak, melalui rancangan prototype otaknya.Mereka pun kemudian meyakini seutuhnya bahwa anak adalah merupakan MASTERPIECE, maha karya Tuhan yang maha agung, dengan segenap multi talentanya.
Namun pada saat yang sama, mereka juga kerap miris ketika melihat kebanyakan orang tua yang masih saja cenderung memperlakukannya sebagai ANAK BIOLOGIS dan bukannya sebagai ANAK MASTERPIECE. Alhasil, banyak para ahli dan praktisi pendidikan mengatakan bahwa, orang yang pertama mengantarkan anak pada karpet meraih kehidupan terbaiknya adalah ORANG TUA dan GURU Sekolahnya.
Namun sebaliknya, orang yang pertama pula membonsai potensi, bakat dan mental anak, sehingga mereka tidak menjadi siapa-siapa, adalah justrudatang dari ORANG TUA dan GURU sekolahnya pula.Sebagai seorang guru BK, dan sekaligus sebagai konsultan Parenting dan Pemerhati Pendidikan, saya melihat betapa banyak kesalahan yang terjadi pada kedua ranah itu, di lapangan.
Belum lagi pada cara orang tua maupun guru, dalam mengasuh dan mendidik anak yang kerap minim akan pengetahuan.Mereka cenderung membesarkan anak, berdasarkan pada INSTING semata, tanpa adanya INTERVENSI-TERDESAIN yang berarti. Padahal jika hanya membesarkan anak berdasarkan insting semata, maka Maaf, penghuni kebun binatang pun bisa melakukannya. Bahkan boleh jadi mereka lebih piawai.
Yang membuat saya lebih merenung lagi, ketikadalam buku Toyota Guidance Bookmenyebutkan bahwa: “Angka produk rijek akibat human errorbagi produk Toyota di pasaran dunia, harus dibawa 2% pertahunnya, bahkan kalau boleh, jangan pernah ada yang rijek.” Waoo… berani sekali mereka menggaransi produknya. Pertanyaannya kemudian, bagaimana dengan “produk” manusia bernamaANAK?
Beranikah orang tua maupun sekolah menggaransi dengan pernyataan yang cukup fantastik sebagaimana beraninya Toyota diatas? Petaka besarnya, jika anak yang notabene rancangan MASTERPIECE Tuhan, harus mati terkulai dan kalah bersaing dengan produk Toyota, yang notabene buatan Manusia. Dalam faktanya, kondisi anak telah berada dalam taraf menghawatirkan, jika berlebihan dikatakan memiriskan.
Impian #2: Izinkan Aku Meninggalkan Tanda
Sumber: Hidup Sejatinya Harus Meninggalkan Jejak I Ulustrasi I Breaking Life
Berdasarkan hal itulah, saya seolah memiliki panggilan nurani profesi, untuk terus mengkampanyekan akan kekhawatiran itu. Bagaimana agar manusia bisa menyadari eksistensi anak sebagai produk masterpiece Tuhan, buka lagi sebagai anak biologis semata. Orang tua maupun guru, sejatinya mampu berfungsi sebagai FASILITATOR. Memiliki discovering ability yang andal, guna mampu mengantarkan mereka pada karpet merah kehidupan terbaiknya.
Hal itu agar anak dalam kapasitasnya sebagai Masterpiece Tuhan, sejatinya tak boleh kalah bersaing dengan apapun dan siapapun. Seluruh fakta, tips dan berikut solusinya akan saya share dan senantiasa mengkampanyekannyatidak hanya di dunia off-line, tetapi terlebih juga di dunia on-line, sebagai skala prioritas saya di tahun 2015. Hal itu dalam bentuk:
1.Menulis postingan di dunia maya khususnya di Kompasiana setiap tanggal genapnya. Komitmen ini dimulai per-awal Januari2015 nanti. Saya ingin disiplin memulainya dari setiap tanggal genap. Mengapa tanggal genap? Ya, itulah sebagai wujud rasa syukur dan dedikasi atas kelahiran saya di tanggal genap, 20 Juni. Kelak seiring waktu, sayapun akan menaikkan intensitasnya, dengan menulis setiap harinya, sepanjang hari kerja.
2.Saya ingin, mengkampanyekan apa gagasan-gagasan secara garis besar, yang lahir dari rasa miris, sebagaimana telah terbingkai dibalik Buku saya berjudul : METAMORFOSA, (Telah beredar) REVOLUSI PARENTING (sedang dalam proses Pihak Gramedia) maupun “REVOLUSI PENDIDIKAN; Mengakses Pendidikan Yang Mengubah Hidup Anak” (sedang dalam penggarapan).
3.Konsisten menyuarakan di dunia maya, tentang eksistensi anak sebagai Masterpiece dengan dengan segudang multi talentanya. Tak boleh lagi anak di besarkan berdasarkan insting semata. Harus ada intervensi-terdesain yang perlu dilakukan oleh orang tua maupun guru. Yang kelak akan saya gemahkan teknisnya satu persatu, di dunia maya.
4.Melakukan aksi sosial di dunia maya, dengan spesialisasi khusus mengkampanyekan di bidang ILMU PARENTING dan KONSEP PENDIDIKAN yang mengubah hidup anak. Dan masih banyak lagi lainnya.
Sejujurnya saya sangat terinspirasi oleh apa yang dilakukan oleh Dr. Sears dan isterinya, Martha. Mereka hidup dengan visi sosial yang jelas. Selama 27 tahun mereka mendedikasikan diri pada bagaimana menjadi orang tua pendidik yang lebih baik dari waktu kewaktu. Hal yang sangat mengharukan adalah apa yang dikatakan Dr. Sears pada isterinya, Martha di suatu kesempatan, ketika mereka telah memiliki cucu.
“Sayang, sungguh tidak sia-sia usaha kita selama 27 tahun mendidik dan membesarkan anak-anak. Lihatlah, anak-anak kitapun mewarisi cara mendidik yang benar pada cucu-cucu kita.” Sambil menitikkan air mata, sang istri pun menimpali, “Sayang, seandainya lebih banyak orang tua yang mau melakukan apa yang kita lakukan pada anak-anak, tak terbayangbetapa bahagia dan berkualitasnya kehidupan masa depan anak-anak bangsa kelak.”
Semua hal tersebut diatas, saya lakukan karena CINTA. Dan memiliki impian untuk suatu saat nanti mampu meninggalkan tanda Positif, sebagai jejak berharga di bumi Pertiwi Indonesia, sebagai refleksi inspirasi dari Dr. Sears dan Martha. Ya, sebuah tanda yang lahir dari kesadaran terdalam, bahwa hidup bukan hanya soal “aku,” tetapi juga soal “kita.”
Impian #3: Karena “Kau” Begitu Berarti
Sumber: Pentingnya Internet bagi diriku I Ilustrasi I news.asianterlaw.com
Sayapun akhirnya sadar, bahwa apa target-target yang saya canangkan diatas, memang bukanlah tanpa kendala dan tantangan. Namun saya yakin bahwa ada solusi di balik setiap tantangan yang ada. Salah satu tantangan utamanya adalah DUNIA INTERNET. Selama ini jika saya melakukan aktivitas tersebut diatas, hanya menggunakan fasilitas internet sekolah, pada jam sekolah saja. Sehingga begitu terasa akan keterbatasannya.
Tentu, rasa syukur yang tak terhingga, jika seandanya mimpi saya ini bisa menjadi pertimbangan tersendiri dari pihak Indosat. Apalagi jika bisa mendapatkan internet gratis selama setahun. Dengan paket hadiahnya yang begitu bermanfaat, saya pun bisa menjadikannya sebagai wifi untuk percepatan meraihmimpi-mimpi saya bagi aksi sosial sesama, di dunia maya.
Bisa memotret secara maksimal, akan fenomena-fenomena menarik yang kerap berseliwiran pada alam, sebagai pembelajaran terbaik, untuk anak-anak bangsa. Khususnya di dunia PARENTING dan konsep PENDIDIKAN yang mengubah hidup anak. Sehingganya, sungguh tidak berlebihan jika saya mengatakan bawa, kehadiran internet begitu sangat berperan untuk membumikan panggilan jiwa saya, di bumi Pertiwi Indonesia. Semua itu, Karena ‘kau’ Begitu Berarti.
Itulah aksi sosial yang menjadi salah satu bagian dari resolusi hidup saya di tahun 2015 nanti. Pertanggal satu Januari, komitmen akan saya jalankan meski diatas keterbatasan yang ada. Harapan saya tentunya, semoga Tuhan senantiasa memberikan kemudahan. Dan kepada pihak Indosat ijinkan pula saya berkata, bahwa inilah yang menjadi mimpi-mimpi utama saya. Mimpi dimana suatu saat kelak akan mampu “membumikan” jejak berharga pada alam. Yah, sebuah big dream yang telah “terpahat” indah, dari mejamantan sopir Angkot untuk Indonesia.
Terima Kasih..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H