Lihat ke Halaman Asli

Memaknai Pernikahan Sebagai Wadah yang Berstatus DP, By @RahmanPatiwi

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14212054481545643611

[caption id="attachment_346217" align="aligncenter" width="603" caption="Sumber: Pernikahan Vanisha Mittal dan Amit Bhatia yang glamour I http://www.rinagu.com"][/caption]

Tidak dapat disangkal lagi, bahwa pernikahan adalah pintu gerbang terbaik bagi hadirnya sebuah wadah. Wadah yang kelak dari situ akan lahir sosok generasi-generasi hebat milik anak bangsa. “Pernikahan” kata itu begitu sakral bagi kebanyakan orang. Tak heran ada yang merayakannya dengan begitu fantastic, heroik bahkan glamour.

Sebut saja pada pernikahan Vanisha Mittal dan Amit Bhatia, misalnya. Pernikahan VanishaMittal itu di tengarai merupakan salah satu dari pernikahan termewah di India. Vanisha Mittal tak lain adalah putri salah satu orang terkaya di dunia, yaitu pengusaha Baja taipan, Lakshmi Mittal. Sebagai salah satu pengusaha terkaya kelas dunia, siapa sih orang tua yang tidak ingin melangsungkan pernikahan anak dengan fantastik.

Pernikahan Vanisha Mittal dan Amit Bhatia berlangsung di tahun 2005 itu, ditengarai menghabiskan biaya senilai 60 juta dollar, atau sekitar lebih dari setengah triliun rupiah. Pernikahan tersebut dirayakan selama lima hari berturut-turut secara mewah. Setelah itu mereka lalu terbang merayakan bulan madu dan menghabiskan liburan di Paris.

Merayakan pernikahan yang meriah sebagai sebuah pintu gerbang generasi, tentu boleh-boleh saja dan sah-sah saja. Sepanjang itu masih dalam rentang kendali dan kemampuan diri, serta tidak merepotkan dan membebanibanyak orang. Namun yang menjadi esensi dari pernikahan sesungguhnya adalah, what next. Apa yang akan anda lakukan setelah itu.

Pada hakikatnya pernikahan yang terjadi sesungguhnya itu adalah DP (Down Payment). Sesuatu persetujuanyang diberikan di awal oleh Tuhan, dengan satu harapan agar kita mampu menjadi orang tua yang baik. Karena seandainya DP itu tidak diserahkan, maka pernikahan tidak akan pernah terwujud sesuai yang diinginkan.

Dengan demikian, maka PR kita pasca pernikahan adalah menggenapi kekurangan. Melakukan pembenahan dan pemantasan diri dari waktu kewaktu, guna bisa menjadi sosok orang tua yang lebih baik. Hal itu untuk memenuhi harapan Tuhan, atas DP yang telah terserahkan tadi. Alangkah meruginya kita, jika DP yang terserahkan sebagai bagian dari kepercayaan Tuhan, namun kita hanya mampu “mengecewakan” semata.

Singkatnya, Pernikahan itu adalah pintu masuk bagi bagi terbentuknya wadah, yang akan menjadi tempat lahirnya keluarga berkualitas. Sebuah wadah terbaik yang kelak kemudian darinya akan lahir anak-anak sebagai bibit-bibit unggul, kebanggaan dunia. Karena itu Tantangan terbesar bagi para orang tua, pasca pernikahan adalah bagaimana mengantarkan anak pada karpet merah kehidupan terbaiknya.

Bisa, jika disertai kesungguhan. Kurang apalagi coba..! DP sudah diberikan, wadah pun sudah punya, cetak biru keunggulan anak juga sudah disertakan sepaket dari Tuhan dibalik eksistensi anak, meski masih bersifat “Gelondongan.” Tinggal perlu diselami berbasis pendekatan Intervensi-Terdesain, yang membutuhkan Aksi, dan Ilmu.

Karena itu kepada kita para orang tua, Yuk jangan pernah berhenti berbenah. Belajarlah selalu kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun. Bahkan…… Belajarlah kita meski dari ranting dan dedaunan yang berguguran sekalipun.Setuju…?

Terima Kasih, Semoga Bermanfaat.

Salam Metamorfosa…!

Rahman Patiwi

Praktisi Parenting-Pendidikan

Related Posts:

Menyoal Para Sarjana yang Kerja Kasar

Resolusi 2015; Ini Aksiku Mana Aksimu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline