Lihat ke Halaman Asli

Raih Keberhasilan: Gunakan Asset Terbaik Anak, By @RahmanPatiwi

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14212948381447123278

[caption id="attachment_346450" align="aligncenter" width="672" caption="Sumber: Ilustrasi I http://blog.lib.umn.edu/meyer769/psy_1001/2012/03/am-i-a-good-parent.html"][/caption]

Bayangkan sejenak! Seorang anak memiliki kendaraan terbaik yang bisa melejit kencang. Namun sayangnya, ia tidak menyadari kalau itu adalah kendaraan terlaju sekaligus tercanggih bernama formula 1. Ia masih mengira kalau itu sebagai kendaraan jadul, sebut saja sejenis Suzuki carry tua yang hanya mampu lari terkentut-kentut.

Iapun tidak pernah terpikirkan untuk mengenali fitur-fiturnya, serta mempelajari teknik balap yang lebih baik, agar bisa sampai ketujuan dengan lebih efektif dan efisien. Bahkan, boro-boro dengan semua itu, ia malah hanya menyentuh pedal gas seadanya sehingga mobil terbaik itu hanya bisa bergerak dengan kecepatan seadanya.

Demikian pula halnya dalam kehidupan. Banyak orang tua memandang anaknya hanya sebatas dalam perspektif ANAK BIOLOGIS semata. Mereka bukannya melihat sebagai ANAK MASTERPIECE, dengan seperangkat asset terbaik Tuhannya. Banyak orang tua yang tidak menyadari, bahwa dalam diri anak memiliki kendaraan dengan mesin terbaik pemberian Tuhan sebagai sebuah Asset termahal yang pernah ada. Hal itu guna menjadikan anak sang pemenang di pentas kehidupan rill. Asset pemberian tersebut meliputi:

1.Asset fisik. Asset ini tersimpan pada fisik berupa energi nyata. Energi inilah yang di butuhkan untuk melakukan usaha. Agar usaha itu lebih powerful, maka sejatinyaia harus terus diasah di lintasan KERJA KERAS. Prof. DR. Rhenald Kasali menyebutkan bahwa pada fisik, memiliki otot myelin yang harus diasah, dan ketika itu terbentuk, akan memberikan kemudahan anak dalam bermanuver menggapai kehidupan terbaiknya.

Karena itu mengapa anak harus diajari mandiri sejak dini. Lihatlah bagaimana Nancy Alliot, mendidik anaknya, Thomas A. Edison saat masih kecil dengan menjual koran di kereta. Lihatlah pula bagaimana seorang ibu mendidik anaknya, Richard Branson dengan berjalan pulang kerumah seorang diri, sejauh 7 Kilometer diusia 4 tahun. Lihatlah siapa mereka itu kini. Edison, sosok kesuksesannya tak pernah lekang dari sejarah, dan Branson, adalah salah satu pengusaha milyarder terkaya di Inggris yang memiliki lebih dari 300 jenis usaha berkelas.

2.Asset Kecerdasan. Ini letaknya pada otak, harus diasah pula di lintasan KERJA CERDAS. Pada otak memiliki energi potensial yang luar biasa. Sayangnya menurut penelitian sebagian besar anak baru menggunakan kapasitas otaknya di kisaran 3-5 % saja. Kemana sebagian besarnya? Masih tertidur dalam suatu kubangan bernama Potential Genetic Dorman, di dalam diri anak.

Salah satu ciri kerja cerdas bagi orang tua, adalah mereka yang mampu membantu anaknya dalam bersekolah. Khususnya agar tidak masuk dalam perangkap school oriented saat yang lain sudah berduel di lintasan profession oriented. Kemampuan mengimplementasikan prinsip “starting with the end” itulah kata kuncinya. So, petakan dulu potensi terbaik anak, bidik arahnya, lihat ending-nya, baru tempel sekolahnya. Bukan sebaliknya. Itulah salah satu makna esensi dari kerja cerdas.

3.Asset Hati. Ini letaknya di dalam “Hati” sebagai sebuah simbol, yang harus di asah pada lintasan KERJA IHKLAS. Kalau pada kerja keras bertujuan untuk MENGORBITKAN USAHA, maka lintasan kerja cerdas bertujuan untuk MENGGANDAKAN USAHA. Sementara lintasan kerja ikhlas bertujuan untuk MEMBOBOTKAN USAHA.

Contoh dari kerja Ikhlas adalah, kemampuan seorang anak mengambil hikmah pembelajaran, dibalik setiap kegagalan yang terjadi dalam hidupnya. Sehingga anak dipastikan terus bertumbuh dengan kematangan dari waktu ke waktu, sebelum akhirnya keberhasilan itu menghampirinya.

Jadi Tunggu apa lagi, ajari anak sejak dini untuk meraih keberhasilannya, dengan terus mengasah apa asset terbaik yang telah diberikannya dari Tuhan. Jangan pernah dibiarkan itu berkarat. Karena pada akhirnya itulah yang membentuk pembeda abadi.

Terima kasih semoga bermanfaat.

Salam Metamorfosa..!

Rahman Patiwi

Praktisi Parenting-Pendidikan

Related Post:

Memaknai Pernikahan sebagai wadah yang berstatus DP

Resolusi 2015; Ini Aksiku Mana Aksimu




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline