Lihat ke Halaman Asli

ISL atau IPL: Ikut Sponsor atau Suporter?

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Adanya dualisme kompetisi sepakbola profesional di Indonesia memang memunculkan banyak masalah bagi klub-klub sepakbola. Belakangan ini, banyak klub yang kebingungan dan tengah mengalami dilema untuk memilih, musim depan ikut kompetisi yang mana, versi PT LPIS (IPL) atau PT LI (ISL)?

Terlebih, sekarang ini tak hanya Indonesia Premier League (IPL) yang dilabeli kompetisi resmi, kompetisi Indonesia Super League (ISL) pun sudah diakui PSSI (yaa meskipun pengakuan itu terkesan setengah hati). Sebagian klub memang mengalami dilema. Ada klub yang sejak musim lalu dibawahi oleh konsorsium IPL dan pro kepengurusan PSSI Djohar Arifin Husin, tapi sekarang jadi gamang karena suporternya ingin sang klub pujaan banting stir ke ISL. Alasan para suporter, ISL lebih kompetitif dan gemebyar, serta lebih sering disiarkan langsung di televisi pula. Alhasil, tim seperti Semen Padang dan Persijap Jepara pun hengkang ke ISL. Sedang IPL punya posisi legal yang lebih kuat, karena PSSI Djohar yang lebih diakui FIFA dan AFC.

Di Yogya (saya tinggal di Yogya), setidaknya ada 2 klub yang juga masih galau dalam memilih kompetisi mana yang akan diikuti. Berbeda dengan PSIM yang sepertinya sudah mantap tetap di jalur PT LI, Persiba Bantul dan PSS Sleman masih menimbang-nimbang. Baik Persiba maupun PSS, musim lalu bermain di jalur PT LPIS, Persiba di kancah IPL dan PSS di level Divisi Utama, namun pada pra musim ini, ada wacana kuat dari arus bawah agar pindah ke PT LI.

Manajemen klub pun angkat bicara. Jajaran top manajemen Persiba (Ketum Idham Samawi) menyatakan, keputusan ikut IPL atau ISL akan mengikuti kemauan sponsor. Jadi para pengurus tim kebanggaan wong Bantul ini memilih fokus mencari sponsor. Nah, setelah dapat, sang sponsor ingin Persiba main di IPL atau ISL, manajemen akan manut (ngikut). Karena bagaimanapun, sponsor adalah sumber dana alias nyawa bagi klub.

Dari Sleman, Bupati Sri Purnomo belum lama ini menyatakan, PSS ikut kompetisi versi mana, itu tergantung keinginan suporter. Kalau perlu, adakan polling di kalangan suporter untuk memilih. Karena bagaimanapun, PSS itu milik para suporter pendukungnya. Dan tidak semua suporter Sleman ingin PSS ke jalur PT LI.

Lalu, sebenarnya harus manut mana, suporter atau sponsor? Kalau kemauannya sejalan sih tak masalah, tapi kalau beda, bisa runyam. Bisa-bisa, ada sponsor tapi penonton sepi, atau penonton ramai tapi operasional klub macet karena minus sponsor.

Sebenarnya, antara sponsor dengan suporter sangat berkaitan erat. Sponsor hanya mendekat ke klub yang punya basis suporter kuat. Di sisi lain, sponsor kakap membuat klub semakin kuat, dan itu pula yang membuat massa suporternya juga kian besar.

Kembali soal pilihan tadi, dalam hal inilah, manajemen klub harus jeli. Apapun pilihannya nantinya itu haruslah merupakan pilihan yang diambil dengan penuh perhitungan matang dan nantinya menguntungkan serta memuaskan bagi semua..

Pada akhir tulisan ini, izinkan saya menumpahkan uneg-uneg dalam hati, tolong, SUDAHI DUALISME dan KONFLIK INI!! UDAH MUAK TAUK!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline