Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu adalah puisi ke 46 dari 79 puisi yang termaktub dalam buku karya Joko Pinurbo ini. Sajak itu juga menjadi judul dari buku sekumpulan puisi pilihan Joko Pinurbo ini. Sebuah buku bercover biru langit berisikan puisi-puisi ringan nan jenaka dari penyair hebat kelahiran Sukabumi, 11 Mei 1962 itu.
Buku Sekumpulan puisi pilihan Joko Pinurbo ini menghimpun sajak-sajak Jokpin dari tahun 1989 hingga 2012. Selain menghimpun sajak-sajak Jokpin, buku ini sekaligus menjadi usaha Jokpin mendokumentasikan perjalanan ibadah puisinya dalam rentang waktu tersebut.
Puisi-puisi yang dihadirkan dalam Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu sebagian besar telah pernah dimuat dalam buku puisi Jokpin, mulai dari Celana (1999) sampai dengan Tahilalat (2012).
Seperti namanya, buku ini berisikan puisi-puisi pilihan, yang kata Jokpin "Saya sangat mengenal sajak-sajak saya sehingga saya tahu, tidak semua sajak yang pernah diterbitkan perlu diterbitkan ulang."
Terbit pertama kali di tahun 2016, Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu terbit bersamaan dengan buku Selamat Menunaikan Ibadah Puisi (Gramedia Pustaka Utama, 2016) yang juga berisi sepilihan sajak lainnya dalam rentang waktu yang sama.
"Dua buku, dua bersaudara. Dengan dua buku ini, selesailah tugas saya menyusun album puisi dari rentang waktu tersebut dan demikian saya dapat melanjutkan ibadah puisi saya dengan tenang," tulis Jokpin dalam pengantarnya.
Jokpin dan Puisi yang Sederhana
Kenikmatan membaca sajak-sajak Jokpin terletak dalam pemilihan diksi yang padat dan kuat, tapi juga "familiar" dan bersahaja. Pada beberapa sajak, larik-lariknya bahkan acap jenaka. Membacanya kita bisa tersenyum sekaligus merenung.
Jokpin melalui sajak-sajaknya seakan ingin membawa pembaca masuk silih berganti ke dalam ruang dan waktu sunyi, terharu, bahagia, berkerut, tersenyum, dan seterusnya. Suasana itu kadang juga dikirim Jokpin secara bersamaan. Kita semua tahu belaka, begitulah memang kehidupan manusia. Walhasil, sajak-sajak Jokpin adalah "narasi puitik" hidup sehari-hari. Pilihan katanya sangat dekat, bahkan berada di dalam pengalaman kita (Acep Iwan Saidi, 2013).
Membaca Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu sungguh amat seru. Nuansa humor terasa sekali membuat saya sendiri sedikit tersenyum ketika membaca beberapa puisi seperti Anjing, Pulang Mandi, dan Rumah Sakit. Beberapa sajak juga hadir dalam bentuk narasi. Ketika membacanya selain dipermainkan oleh rima, pembaca juga hanyut dalam cerita yang dibawa puisi tersebut. Begitulah Jokpin merangkai sajak-sajaknya.
Saya coba hadirkan gambaran itu melalui dua puisi yang terhimpun dalam Malam Ini Aku Akan Tidur di Matamu.
Contoh kejenakaan dalam sajak Jokpin salah satunya bisa dilihat dalam puisi yang berjudul "Anjing", melalui puisi ini Jokpin seakan sedang curhat tentang kepemilikannya terhadap dua ekor anjing.