Banjir melanda kawasan Halmahera Tengah, Maluku Utara yang merupakan kawasan tambang nikel. Banjir ini terjadi berhari-hari sehingga membuat warga kesusahan
Lembaga pemerintah dan perusahaan terkait mengatakan penyebab banjir karena curah hujan yang tinggi dan cuaca yang ekstrim.
Argumentasi ini seolah meniadakan peran eksploitasi tambang terhadap kerusakan alam yang terjadi di Halmahera Tengah. Ini dalih untuk menghindar dari tanggung jawab kerusakan lingkungan.
Manusia memang berbeda dengan hewan dalam mempengaruhi lingkungannya, jika hewan hanya dengan kehadiran dan ketidaksengajaannya, maka manusia dengan kerja dan sengaja menguasai alam untuk melayani kepentingan-kepentingannya.
Kita sering berbangga diri karena berhasil menguasai alam tapi alam berbalas dendam kepada kita. Alam murka karena eksploitasi, padahal kita dan alam adalah satu kesatuan, ketika kita rusak alam, maka rusaklah kita juga.
Kita bukan terpisah dengan alam sehingga semau kita untuk eksploitasi alam dan tidak ada dampaknya ke kita, pertanggungjawaban dalam kasus di Halmahera tersebut ada di pemerintah dan pemilik tambang. Jika ini dibiarkan terus menerus terjadi maka akan terjadi kerusakan alam dalam bentuk yang lebih parah dan kitalah korbannya. Maka seharusnya alam dikelola dengan terencana untuk kebaikan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H