Lihat ke Halaman Asli

Rahmanda Ary Adi

Orang biasa

Pemilu 2024 Sudah Tidak Fair?

Diperbarui: 20 November 2023   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Radio Idola Semarang

Aroma kecurangan di pemilu kali ini akan semakin kuat, ini ditandai dari terbuktinya paman sekaligus mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman melakukan pelanggaran berat terhadap kode etik atas uji materi perkara nomor 90/PUU-XXI/2023 tentang batas usia calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres).

Dari persoalan yang terjadi di Mahkamah Konstitusi itu kita melihat bahwa keluarga jokowi terlibat dalam mengobrak-abrik konstitusi untuk memuluskan jalan Gibran maju jadi cawapres Prabowo. Padahal seharusnya konstitusi menjadi batasan agar kekuasaan tidak sewenang-wenang atau semau aku tetapi karena adanya conflit of interest dan hubungan keluarga itu menjadi persoalan.

Jadi dengan majunya Gibran sebenarnya pertandingan yang akan ditentukan tanggal 14 februari 2024 sudah tidak fair, Karena pada saat ini Presiden Jokowi yang sekaligus ayah Gibran bisa saja menggunakan kekuasaannya untuk memenangkan sang anak. Kalau bahasa anak muda sekarang pake orang dalam. 

Dari sini lah sebenarnya pemilu ini sudah tidak sehat dan fair, sehingga potensi kecurangan itu akan semakin tinggi baik dari mana saja karena dari proses awalnya saja sudah tidak benar dan melanggar hukum.

Bahkan isu anak muda dijadikan narasi kampanye seolah-olah anak muda indonesia juga punya kesempatan yang sama untuk jadi presiden atau wakil presiden, loh padahal anak muda yang dari solo itu kan pake orang dalam makanya bisa.  Kita sedikit tergelitik dan lucu melihat narasi-narasi seperti itu yang kesannya pro terhadap anak muda.

Sebenarnya sejak anak muda dari solo itu maju jadi cawapres kita sudah tahu siapa pemenangnya, bahkan kalau mereka kalah berarti itu bego.

agak sulit skenario berbeda terjadi, karena masyarakat kita pengetahuan dan kesadaran politik nya belum merata, sehingga celah-celah itu bisa dimanfaatkan untuk memanipulasi kesadarannnya.

Memilih atau tidak adalah hak, tapi kita harus ingat bahwa semua partai yang nantinya berkompetisi di 2024 adalah mereka yang dulunya bekerja sama di era Jokowi tapi kini seolah mereka cuci tangan atas apa yang terjadi hari-hari belakangan ini. Sungguh lucu dan ironi.

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline