Lihat ke Halaman Asli

Rahmanda Ary Adi

Orang biasa

Suatu Malam di Pekanbaru

Diperbarui: 4 Juni 2022   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pertama kali saya memijakkan kaki di Kota Pekanbaru, membuat saya penasaran akan kota ini.

Di malam hari saya memberanikan diri untuk berjalan-jalan mengitari kota Pekanbaru, saya ingin melihat sesuatu yang berbeda.

Gedung-gedung, mall yang ramai akan pengunjung, di tepi-tepi jalan ramai dengan muda-mudi, saya kelilingi tapi satu yang menjadi sorotan saya. Ketika itu saya berhenti sejenak di tepi.

Saya melihat seorang bapak yang sedang duduk murung di kursi trotoar, saya mencoba menghampiri dan duduk disebelahnya.

Kesempatan saya bertanya dan berbicara tentang kehidupan di Pekanbaru. Ternyata bapak ini sudah lama tinggal di kursi trotoar, hidup tanpa tempat tinggal.

Dibalik kemewahan dan kemegahan di Kota ternyata banyak orang-orang yang terlantar. Suatu hal yang kadang dianggap biasa padahal menyimpang segudang permasalahan sosial.

Saya sempat bertanya tentang kehidupan dengan bapak tersebut. Saya bertanya tentang bagaimana bapak memandang hidup ini?

bapak tersebut hanya terdiam dan seakan menyimpan resah dan gelisah.

Saya bertanya lagi, apakah bapak bahagia?

bapak tersebut menjawab dengan tegas, tidak ada kebahagiaan, kita setiap pagi, siang dan malam harus berpikir untuk cari makan, pikiran kita kacau.

Sungguh miris! melihat fenomena dan realitas kehidupan kita hari-hari ini. Sangat kontras di satu sisi si kaya di manjakan dengan kemewahan sementara si miskin ditampar oleh derita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline