Lihat ke Halaman Asli

Rahmanda Ary Adi

Orang biasa

Apakah Kita Tidak Hebat?

Diperbarui: 24 Mei 2022   10:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Yang namanya hidup pasti kita akan dihadapkan oleh berbagai pilihan. Ketika kita memulai bersekolah, kita dihadapkan oleh banyaknya sekolah, ketika meniti karir kita dihadapkan oleh banyaknya perusahaan yang ada.

Berbagai pilihan datang ketika kita akan memulai sesuatu, tapi tidak sedikit ketika sudah memilih justru merasa gagal.

Dalam bukunya, yang berjudul "David and Goliath" Malcolm Gladwell memberikan argumentasi yang berbeda bahwa selama ini kita sering keliru dalam memutuskan pilihan.

Ada beberapa kisah yang coba di angkat oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya yang akan menjelaskan tentang hal ini. 

Kita mulai dari kisah beberapa orang pelukis dari Paris dengan sebutan Impresionisme, yang lukisan-lukisannya hari ini tampil di gantung di museum seni besar dunia. Pada tahun 1860 beberapa pelukis itu hanya orang-orang yang tidak punya cukup uang dan kesusahan. Di Paris pada saat itu untuk membuktikan kalau kita pelukis hebat karyanya harus masuk ke museum yang bernama Salon.

Mereka dari hari ke hari mencoba untuk memasukkan karyanya ke Salon tapi terus-menerus juga ditolak, berangkat dari situlah mereka mulai mempertanyakan, apakah mereka harus terus-menerus berusaha untuk memasukkan karya ke Salon atau memilih jalan lain membuka pameran sendiri?

Pada akhirnya mereka memilih jalan lain dan itulah  yang membuat karya mereka tampil di museum besar dunia hari ini. Apakah para pelukis itu tidak hebat karena karyanya tidak masuk Salon? Itu kekeliruan, Salon punya kelemahan dia bergengsi dan kompetitif, menyingkirkan sebagian pelukis-pelukis hebat pada zamannya. tapi seringkali kita menganggap pilihan yang bergengsi dan kompetitif itu sebagai pilihan terbaik bagi kita, kita harus berhenti sejenak seperti yang dilakukan Impresionesme dalam memutuskan pilihan.

Mari kita lihat kembali kisah yang lainnya, Caroline Sacks seorang gadis yang pintar dan sangat suka sains, dia harus memutuskan ketika dia ingin kuliah, dia dihadapkan oleh beberapa pilihan Universitas di Amerika, ada dua pilihan yang dihadapakan olehnya yaitu Universitas Brown dan Universitas Maryland.

Universitas Brown lebih bergengsi dan favorit ketimbang Universitas Maryland, pada akhirnya Caroline Sacks mengambil pilihan yang berbeda dengan yang dilakukan oleh pelukis Impresionisme, dia memilih Universitas Brown. lalu apa yang terjadi?

Caroline sack sejak kecil sangat cerdas dan pintar di sekolahnya tapi ketika di Universitas Brown dia bahkan harus mengulan mata kuliah yang disenanginya karena nilainya jelek. Dia merasa bodoh, padahal dia tidak bodoh, karena dia membandingkan diri dia dan teman-temannya yang ada di Universtias Brown yang sangat kompetitif. Seperti yang ditulis Malcom Gladwell, Sack kalau diurutkan dengan mahasiswa seluruh dunia yang mengambil mata kuliah Kimia Organik maka Sack masih ada di peringkat 1% teratas. 

Saya pikir kisah nyata yang di angkat oleh Malcolm Gladwell ada benarnya, tapi saya ingin bertanya lebih jauh, bukankah dunia kita hari ini memang masih dibangun dengan kompetisi dan saling menyingkirkan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline