Lihat ke Halaman Asli

Rahman Arifin

Guru SMPN 1 CILIMUS

Akhir Kisah Seorang Gelandangan

Diperbarui: 3 Mei 2023   21:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

AKHIR KISAH SEORANG GELANDANGAN
Rahman Arifin

Tubuh renta beralas sepatu butut menganga
Berpenyakitan dihiasi baju lapuk penuh tambalan
Rambut gimbal daki penuh korengan

Tertunduk menghempas malu
Namun setitik harap tetap menyemangati
Aku tak boleh menyerah dengan ketiadaan

Ayah bunda sudah tiada tenang di alam sana
Sendiri menapaki hidup tanpa keluarga dan sanak saudara

Karung butut kugendong lagi
Isinya sampah dari seantero negeri

Lapar mendera memaksaku memakan sampah makanan sisa
Bukannya lapar sirna, perut melilit aduhai sakitnya
Serasa dihunjam beribu belati karatan
Jerit lengking tak terdengar penduduk kota

Biasanya tak apa-apa, mungkin ini sudah saatnya
Tubuh teronggok di pembuangan sampah
Berbaur dengan bau busuk dan lalat yang beterbangan
Aku sampah yang tak dipedulikan
Hanya jadi tontonan kemudian ramai diberitakan
Tentang seorang gelandangan yang mati kelaparan

Selamat tinggal dunia, rupanya sampai di sini saja!
Aku mati diantara ketidakpedulian manusia
Yang sibuk dengan Rubicon, Louis Vuitton
dan merk-merk mahal diluar nalar

Kehidupanku seharusnya dijamin negara
Sesuai Pasal 34 ayat 1 UUD 1945
Fakir miskin dan anak anak terlantar dipelihara oleh negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline