Medan, ITSI - Perhatian tertuju pada Elaedobius kamerunicus, kumbang yang berasal dari Kamerun, Afrika. Kumbang ini dikenal karena perannya dalam penyerbukan kelapa sawit. Dikenal sebagai serangga polinator, kehadirannya sangat berpengaruh dalam meningkatkan efektivitas penyerbukan di perkebunan kelapa sawit.
Tanpa Elaedobius kamerunicus (EK), produksi kelapa sawit bisa turun drastis. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan proses penyerbukan bunga pada tanaman kelapa sawit, yang meskipun monoceus, memiliki waktu anthesis bunga jantan dan reseptif bunga betina yang tidak bersamaan. Oleh karena itu, diperlukan bantuan pihak ketiga untuk penyerbukan.
Abdul Hamdan Nasution, anggota Jakarta Planters Club (JPC), mengungkapkan bahwa penurunan produksi kelapa sawit sering kali disebabkan oleh buah partenokarpi.
Fenomena ini terjadi ketika bunga betina tidak mendapatkan penyerbukan selama periode reseptif, akibat rendahnya populasi kumbang penyerbuk EK di kebun. Ini menimbulkan pertanyaan krusial: bagaimana cara meningkatkan produksi kelapa sawit di lahan yang minim EK?
Ternyata, ada solusi yang tidak perlu dikhawatirkan. Petani kelapa sawit kini menggunakan teknik perbanyakan EK dengan bantuan manusia, yang dikenal sebagai Hatch and Carry.
Teknik ini melibatkan penetasan dan penyebaran kumbang EK, yang dilepaskan bersamaan dengan kegiatan pemanenan Tandan Buah Segar (TBS). Metode Hatch and Carry telah terbukti sangat efektif untuk mengatasi masalah buah partenokarpi, karena memastikan penyerbukan bunga kelapa sawit secara maksimal, sehingga meningkatkan produksi kebun secara signifikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H