Lihat ke Halaman Asli

5 Tips Mengurangi Angka Kejahatan Korupsi

Diperbarui: 1 Oktober 2018   09:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.canstockphoto.fr

Korupsi bukanlah hal yang baru di negeri ini. Mulai dari rakyat kecil, kepala desa, wakil rakyat, pejabat Negara bahkan hingga tingkat yang lebih tinggi mengenal apa itu korupsi. Betapa tidak, korupsi telah menjadi santapan sehari hari mereka, walaupun "mungkin" tidak semuanya terlibat. 

Bahkan pada saat zaman Rasulullah Saw pernah terjadi peristiwa korupsi. Pada saat itu korupsi terkenal dengan kata "Ghulul" atau penggelapan. Ada satu peristiwa menimpa seorang budak bernama Mid'am atau Kirkirah. Dia seorang budak yang dihadiahkan untuk Nabi SAW. Kemudian, Nabi SAW mengutusnya untuk membawakan sejumlah harta ghanmah atau hasil rampasan perang. Dalam sebuah perjalanan, tepatnya di wdil qur, tiba-tiba Mid'am atau Kirkirah, seorang budak itu terkena bidikan nyasar, salah tembak, sebuah anak panah menusuk lehernya sehingga dia tewas. Para sahabat Nabi kaget. Mereka serentak mendoakan sang budak semoga masuk surga. Di luar dugaan, Rasulullah SAW tiba-tiba bersabda bahwa dia tidak akan masuk surga.

"Tidak demi Allah, yang diriku berada di tanganNya, sesungguhnya mantel yang diambilnya pada waktu penaklukan Khaibar dari rampasan perang yang belum dibagi akan menyulut api neraka yang akan membakarnya. Ketika orang-orang mendengar pernyataan Rasulullah itu ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah SAW membawa seutas tali sepatu atau dua utas tali sepatu. Ketika itu, Nabi SAW mengatakan: seutas tali sepatu sekalipun akan menjadi api neraka." (HR. Abu Dawud).

Pelajaran yang bisa diambil, korupsi sebuah mantel () dan seutas tali sepatu () saja, sabda Nabi SAW, pasti akan masuk neraka. Jelaslah, korupsi yang terjadi pada hari ini, dengan modus dan jumlah yang sangat besar, dan dampak yang sangat luas, sistemik, dan terstruktur, akan mendapatkan balasan yang lebih pedih lagi.

Korupsi belakangan ini telah menjadi hobi sebagian besar wakil rakyat. Para pejabat tinggi DPR banyak yang tersandung kasus Korupsi jutaan, ratusan juta, hingga milyaran rupiah. Itu bukanlah hal sepele bagi kita, apabila uang yang mereka korup-kan milik mereka sendiri, tapi kalau milik kita semua bangsa Indonesia, tentu hal itu telah menjadi sebuah kejahatan. 

Bagaimana cara atau tips agar tidak terjadi kejahatan yang sudah saya jelaskan diatas tidak terjadi? Tenang saya ada solusinya untuk kalian guys, berikut ada 5 nilai nilai karakter yang harus kita tanamkan sejak dini kepada anak-anak agar tidak melakukan korupsi.

Ada 5 nilai integritas yang berusaha ditanamkan pada generasi muda bangsa agar mampu mengontrol dirinya untuk tidak melakukan korupsi. Nah, di sinilah peran kita sebagai orang tua, keluarga, pengasuh, pendidik, dan para pemerhati anak, untuk menanamkan nilai-nilai tersebut sejak anak kecil. Mari kita lihat cara-cara sederhana yang dapat kita lakukan di rumah dan sekolah.

1. KEJUJURAN
Ajari anak untuk tidak mengambil kepunyaan orang lain, biasakan meminta izin sebelum meminjam. Tidak mencontek, tumbuhkan kebanggaan saat ia berhasil dengan upaya sendiri. Dapat pula kita tekankan untuk berkata jujur dengan membiasakan anak bercerita secara terbuka, ajari mengakui kesalahannya, dan selalu tepati janji pada anak. Dan berilah apresiasi dan rasa bangga kepada anak ketika nilai ujian tersebut diperoleh dengan cara tidak mencontek, hal tersebut dilakukan agar seorang anak termotivasi ketika melakukan suatu hal yang diperoleh dengan cara tindakan jujur.

2. KESEDERHANAAN
Ajarkan anak merasa cukup dengan apa yang dimiliki, setiap anak ingin membeli sesuatu ingatkan bahwa ia sudah punya di rumah. Biasakan membeli yang baru jika membutuhkan bukan menginginkan. Tekankan bahwa yang penting bukan baru atau bagusnya tapi fungsi dan manfaatnya.

3. KEBERANIAN
Keberanian dan kepercayaan diri dapat dibangun dengan membiarkan anak berekplorasi dan belajar dari kesalahannya. Tanamkan nilai-nilai moral sejak kecil dan ajak anak melakukan apa yang diyakininya sebagai sesuatu yang benar. Misalnya membela teman yang diejek, berani menegur teman yang membuang sampah sembarangan. Selain itu bisa juga dengan mengajak anak dengan mengikuti arena permainan yang mengasah keberanian anak sejak usia dini.

4. RASA TANGGUNG JAWAB
Ajari anak tentang konsekuensi, misalnya jika menumpahkan air maka harus dilap, jika merusak mainan temannya maka mencoba memperbaiki, berani mengakui kesalahan. Dukung anak menyelesaikan tugasnya. Misalnya membereskan tempat tidur, mengerjakan PR, memberi makan hewan peliharaan, dan sebagainya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline