Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Perubahan Kurikulum pada Guru dan Peserta Didik

Diperbarui: 2 November 2023   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum adalah dasar petunjuk untuk melakukan proses kegiatan belajar mengajar. Tanpa kurikulum kegiatan pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik dan tidak terarah. Di Indonesia sendiri, kurikulum memiliki beberapa perubahan dari tahun ke tahun. Dari KTSP, kurikulum 2013 (kurtilas), hingga kini, kurikulum Merdeka. Perubahan ini dilakukan tidak semata-mata diubah, namun karena mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. 

Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional (UUSidiknas) No. 20 tahun 2003 pasal 26 dapat dikatakan bahwa perubahan kurikulum dilakukan dengan adanya mengacu pada standar nasional pendidikan dalam mewjudkan tujuan pendidikan nasional. Disadari atau tidak, perubahan kurikulum tersebut memiliki pengaruh terhadap peserta didik. 

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum oprasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan Indonesia. Pada tahun 2006, pemerintah mulai menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Indonesia. Kurikulum ini mencoba memberikan tawaran dengan delapan standar nasional, di mana standar nasional tersebut diatur oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum ini pembelajarannya menekankan ke aspek kognitif dan lebih banyak melibatkan guru dalam kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik jarang ikut andil dalam pembelajaran dan lebih bergantung pada guru. 

Selanjutnya, kurikulum berpindah ke Kurikulum 2013. Sebenarnya kurikulum 2013 tidak terlalu jauh beda dengan KTSP, namun kurikulum ini banyak menuaikan pro kontra dari masyrakat. Berbeda dengan KTSP yang cenderung guru lebih banyak dilibatkan, pada kurikulum 2013, peserta didik kini ikut andil sehingga adanya kolaboratif antara guru dan peserta didik. Dengan adanya partisipasi siswa yang optimal maka pengalaman belajar akan tercapai secara efektif dan efisien. Lebih jauh Burt, K. Sachlan dan Roger dalam Ekaningsih (2007) menjelaskan bahwa partisipasi menciptakan lebih banyak komunikasi dua arah, lebih banyak mempengaruhi keputusan dan berpotensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif serta diakui dalam derajat yang lebih tinggi. Kurikulum 2013 mencoba mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia (Depdiknas, 2013). 

Lalu kurikulum terakhir saat ini yaitu kurikulum Merdeka. Hal yang melatarbelakangi kurikulum 2013 ke kurikulum merdeka belajar yaitu kondisi zaman karena dari waktu ke waktu perkembangan zaman akan berubah dan teknologi akan semakin meningkat tentu cara belajar dan berfikir siswa akan berubah dan menyesuaikan dengan keadaan kodrat alam dan kodrat zaman. Kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013 dan kurikulum Merdeka belajar pembelajaran kurikulum 2013 umumnya hanya terfokus pada intrakurikuler (tatap muka), sementara pembelajaran kurikulum Merdeka menggunakan paduan pembelajaran intrakurikuler (70-80% dari jp) dan kokurikuler (20-30% jp) melalui proyek penguatan profil pelajar pancasila dan materinya lebih aplikatif karena lebih banyak ke penerapan dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa,jadi ketika siswa belajar dia akan mengerti kegunaannya untuk apa serta mudah mengetahui cita-citanya dan sudah tergambar. 

Jadi, perubahan positif yang tampak nyata dari murid selama menerapkan kurikulum merdeka belajar mereka bisa mengetahui kalau belajar suatu tema atau materi mereka paham dalam penggunaannya, dimana tidak hanya sebatas materi lebih banyak ke aplikatif dan implementasi. Kurikulum merdeka belajar ini untuk bisa terus dilanjutkan atau dipertahankan dapat dilakukan dengan cara setelah adanya fase "e" bisa dilanjutkan ke fase "f" perubahan mindset dari guru dan siswa harus dilakukan secara rutin dan dilakukan dengan konsisten. 

Jadi, kalau sudah dilaksanakan secara konsisten pasti akan ada perubahan yang lebih baik. Mulyasa (2004:6) Kegagalan penerapan kurikulum disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa berfungsinya kurikulum terletak pada bagian pelaksanaannya di sekolah. Pengaruh kurikulum pada peserta didik pasti ada positif dan negatifnya. Perubahan yang terjadi dilatarbelakangi dengan keadaan zaman dan kemampuan peserta didik itu sendiri. Tugas guru dan peserta didik saat ini mengikuti kurikulum yang ada sesuai prosedur demi tercapainya tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang sedang diterapkan.

Referensi: 

Sartika, S. B. (2012). Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen Sebagai Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Terhadap Prestasi. PEDAGOGIA: Jurnal Pendidikan, 1(2), 189-212. https://pedagogia.umsida.ac.id/index.php/pedagogia/article/view/1312/1486 

Gunawan, B. I. (2016). Perbandingan implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan kurikulum 2013 di SMAN 1 Sinjai Utara. Jurnal Mirai Management, 1(1), 1-9. file:///C:/Users/USER/Downloads/1-3-1-PB.pdf 

Rahayu, Y. M. (2017). Pengaruh perubahan kurikulum 2013 terhadap perkembangan peserta didik. LOGIKA Jurnal Ilmiah Lemlit Unswagati Cirebon, 18(3), 22-42. https://jurnal.ugj.ac.id/index.php/logika/article/viewFile/216/139 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline