Propinsi D.I Yogyakarta menduduki peringkat ke-10 tertinggi jumlah pondok pesantren se-Indonesia, yakni 337. Sistem pendidikan pesantren memiliki nilai positif dari sisi tanggung jawab, daya juang, kreatif, inovatif, dan adaptif dengan perubahan. Namun di sisi lain, penyakit kulit seperti scabies mudah menular dikarenakan intensitas kebersamaan yang tinggi.
Salafiyah Wustho merupakan salah satu unit di Islamic Centre Bin Baz setingkat SMP. Berdasarkan pengkajian pada 28 kamar (433 santri), teridentifikasi sejumlah 19 santri mengalami penyakit kulit scabies. Penularan scabies pada santri laki-laki cenderung lebih mudah karena kebiasaan penggunaan pakaian, alat sholat, handuk, sandal bergantian serta jarang dicuci.
Dalam rangka memutus mata rantai scabies di SW ICBB, Universitas Madani berkolaborasi dengan STIKes Notokusumo Yogyakarta mengadakan rangkaian pelatihan "Pemberdayaan Siswa dalam PHBS dan Pembuatan Sabun Anti-tungau" selama 4 hari, mulai 29 September hingga 02 Oktober 2024. Pelatihan dilaksanakan di Aula Gedung Halimah, Universitas Madani dan dihadiri oleh 28 orang (25 santri dan 3 ustadz pendamping). Hari ke-1 diisi oleh Rahmah Widyaningrum, M.Kep., Ns tentang Tatalaksana Komprehensif Scabies. Hari ke-2 berupa Perawatan Luka Scabies oleh Sulis Mukaryanah Widarti, S.Kep., Ns seorang praktisi keperawatan "Rumah Bunda". Hari ke-3 pembuatan sabun mandi ekstrak daun kemangi oleh Dosen Farmasi STIKes Notokusumo Yogyakarta apt. Catharina Apriyani Wuryaningsih Heriyanto, M.Pharm. Sedangkan hari ke-4 didampingi oleh Ignasia Nila Siwi, M.Kep.,Ns dengan materi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Secara keseluruhan acara berlangsung lancar, santri sangat antusias dalam kegiatan tersebut. Terutama saat sesi praktik merawat luka menggunakan manekin tiruan kaki luka scabies, membuat sabun cair, dan membersihkan ranjang menggunakan vakum. Berdasarkan skor pre-test dan post-test terjadi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan santri terkait tatalaksana scabies. Dimana rerata skor sebelum adalah 66,9 dan setelah 85,5, terjadi peningkatan 18,6.
"Tadi kami mendapat materi tentang scabies dan merawat luka scabies. Semoga setelah mengikuti kegiatan ini, dapat menambah wawasan kami. Bisa menangani dan merawat luka teman yang scabies, dan mengurangi kejadian scabies di asrama.", tutur Hanif Fathurrahman, santri kelas 2 SW ICBB.
Selanjutnya Dosen pengabdi menyerahkan kenang-kenangan berupa souvenir, modul pelatihan, sabun cair ektrak daun kemangi, alat kebersihan (pel dan vakum), penandatanganan komitmen, serta aplikasi berbasis android. Aplikasi KOLABS: Sekolah Bebas Scabies akan dipegang oleh masing-masing ustadz pengampu kamar. Aplikasi berfungsi memonitor kesehatan dan kebersihan santri. Kebersihan pribadi meliputi: kebersihan rambut, wajah, kuku, kulit tangan dan kaki. Sedangkan kebersihan kamar meliputi: kerapian dan kebersihan lantai, ranjang, lemari, dan kamar mandi. Aplikasi juga dilengkapi dengan artikel dan video pelatihan, serta rekap kebersihan dan kesehatan santri.
Ucapan terimakasih tak terhingga kepada Kemenristekdikti atas Hibah skema Pemberdayaan berbasis Masyarakat Tahun 2024. Pihak-pihak lain, Kepala Sekolah SW ICBB Ust Eko Cahyono, M.Pd, Ust Aziz dan Ust Abu Hannan, seluruh Dosen Pemateri, panitia mahasiswa, serta santri peserta pelatihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H