Lihat ke Halaman Asli

Rahmah Rahmah

Pendidik yang terus berkembang mencari jati diri

Berbagi Aksi Nyata Modul 1.4 Budaya Positif

Diperbarui: 27 Oktober 2023   13:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segitiga Restitusi. (Dokumen pribadi)

IMPLEMENTASI AKSI NYATA MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

  • Latar Belakang

Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin cepat dan canggih memberikan dampak yang signifikan terhadap pola pikir dan karakter siswa. Dengan adanya kemajuan teknologi memberikan kemudahan bagi mereka untuk mengakses informasi yang dibutuhkan dengan cepat tanpa mereka filter apakah sesuai dengan arifan budaya lokal ketimuran sehingga  lunturnya nilai-nilai kebajikan, kebudayaan, menurunkan rasa nasionalisme dan meningkatkan sifat individualisme.

Budaya positif di Sekolah adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid berkembang menjadi proibadi kritis, mandiri, santun dan bertanggung jawab. Sekolah adalah institusi pembentukan dan pembinaan karakter agar menjadi pribadi yang merdeka sebagai individu. Guru memegang peranan penting dalam membentuk dan membangun budaya positif di sekolah.

Ki Hajar Dewantara menyampaikan bahwa guru haruslah adaptif "Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka menumbuh dan menebalkan budi pekerti adalah pembiasaan nilai-nilai kebajikan yang diyakini yang terpatri dalam budaya positif. Budaya positif akan terwujud ketika keyakinan kelas telah terbentuk. Seyogyanya keyakinan kelas disusun melibatkan partisipasi semua siswa, menggunakan kalimat positif dengan bahasa yang mudah dipahami dan sesuai dengan keadaan yang dialami siswa di sekolah serta ditandatangani oleh semua siswa. Hal ini sebagai momentum yang harus diingat oleh siswa ketika melanggar dan melaksanakan keyakinan yang dibuat bersama dengan penuh tanggungjawab. Jika ada siswa yang melanggar keyakinan kelas maka diterapkanlah segitiga resitusi.

Segitiga resitusi adalah proses dialog yang dijalankan oleh guru agar dapat menghasilkan murid mandiri dan bertanggungjawab terhadap kesalahan yang telah dilakukan. Tujuan dilakukan segitiga restitusi ialah untuk mengubah identitas siswa dari gagal (melakukan kesalahan) menjadi indentitas sukses (mmecahkan masalah dan melaksanakan konsekuensi dari keyakinan kelas). Segitiga ini terdiri dari tiga tahapan yaitu menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan.

  • Tujuan
  • Menumbuhkan budaya positif dengan menanamkan niai kebajikan dan keyakinan kelas yang telah disepakati bersama
  • Menumbuhkan nilai-nilai profil pelajar pancasila
  • Memahami miskonsepsi teori kontrol
  • Memahami konsep kebutuhan dasar manusia
  • Memahami motivasi perilaku manusia
  • Menumbuhkan motivasi instrinsik siswa
  • Memahami penerapan segitiga restitusi
  • Mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada siswa
  • Menumbuhkan budi pekerti yang baik

  • Tolak Ukur
  • Siswa mampu membuat keyakinan kelas sesuai dengan kondisi dan profil pelajar pancasila
  • Siswa mampu menjalankan kesepakatan yang dibuat bersama dengan penuh tanggung jawab
  • Siswa mampu menemukan solusi terhadap permasalahan yang dilakukan
  • Siswa dan guru melaksanakan budaya positif, keyakinan kelas dan segitiga restitusi
  • Siswa menunjukkan perubahan perilaku sebagai pembelajaran atas permasalahan yang dilakukan
  •  
  • Lini Masa Tindakan
  • Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan diseminasi
  • Guru berkolaborasi dengan siswa membuat keyakinan kelas
  • Melakukan sosialisasi kepada rekan sejawat mengenai teori kontrol, motivasi perilaku manusia, kebutuhan dasar manusia, budaya positif, keyakinan kelas dan segitiga restitusi
  • Mempraktikkan segitiga restitusi
  • Menerapkan keyakian kelas dan segitiga restitusi konsisten dan berkelanjutan
  • Menjadikan kesepakatan kelas sebagai budaya positif di sekolah

  • Dukungan yang dibutuhkan
  • Dukungan orangtua untuk membantu penerapan budaya positif siswa
  • Warga sekolah sebagai teladan dalam pembiasaan budaya positif di lingkungan sekolah
  • Sarana dan prasana yang mendukung untuk sosialisasi budaya positif di lingkungan sekolah
  • Dukungan pemangku jabatan di sekolah untuk menyukseskan positif di lingkungan sekolah secara konsisten dan berkelanjutan.

  • Deskripsi Aksi Nyata
  • Langkah pertama yang saya lakukan untuk menyampaikan rencana diseminasi budaya positif adalah menyiapkan materi yang akan disampaikan dalam bentuk powerpoint, daftar hadir, kertas post it. Selanjutnya, berkoordinasi dengan sarana dan prasarana, multimedia dan konsumsi. Sasaran desiminasi adalah rekan sejawat dan perwakilan dari kurikulum
  • Kegiatan ini dilaksanakan pada Hari Kamis, 26 Oktober 2023 yang dihadiri oleh guru dan wakil kurikulum dimana beliau menyampaikan kata sambutan untuk mengikuti diseminasi dengan seksama. Selama proses pemyampaian materi yang dilakukan oleh CGP, peserta sangan antusias mendengar, bertanya dan mengemukakan pendapat mengenai penerapan segitiga restitusi dan upaya pembentukan keyakinan kelas.

  • Hasil dan Pembelajaran dari Aksi Nyata
  • Penyusunan keyakinan kelas membantu guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai. Jika ada permasalahan yang dilakukan oleh siswa dapat kita selesaiakn dengan penerapan segitiga restitusi meliputi dari menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan.
  • Harapannya agar dapat terlaksana budaya positif di lingkungan sekolah membutuhkan dukungan dan kolaborasi seltuh warga sekolah terutama dalam menguatkan karakter positif agar sesuai dengan profil pelajar pancasila.

  • Rencana Perbaikan
  • Rencana saya selanjutnya terus berinovasi dan kreatif dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan berpihak pada murid dimana guru menuntun agar mereka dapat bertumbuh sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Adanya kolaborasi dan dukungan warga sekolah akan membantu terlaksananya pembiasaan budaya positif dengan baik serta dukungan dari orang tua siswa akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pelaksanaan budaya positif.

Diskusi dengan rekan sejawat (Dokumen pribadi)

Keyakinan kelas (Dokumen pribadi)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline