Ibnu Arabi, seorang sufi besar dan filsuf Islam dari abad ke-12, tidak hanya dikenal sebagai pemikir spiritual, tetapi juga memiliki kontribusi yang signifikan dalam bidang filsafat politik Islam. Pemikirannya mencerminkan harmoni antara dimensi kosmis dan kemanusiaan, menjelaskan relasi antara individu, masyarakat, dan Allah. Filsafat politik Ibnu Arabi menciptakan pemahaman mendalam tentang tanggung jawab sosial, keadilan, dan hubungan manusia dengan keberadaan ilahi.
1. Wujud dan Kasb: Konsep Kosmis Ibnu Arabi
Pandangan Ibnu Arabi tentang politik dimulai dengan pemahaman tentang hubungan antara Wujud (Kehadiran Ilahi) dan Kasb (Manifestasi). Menurutnya, segala sesuatu di alam ini adalah refleksi dari keberadaan ilahi. Dalam konteks politik, ini mengartikan bahwa struktur sosial dan politik adalah manifestasi dari kebijaksanaan Allah.
2. Kemanusiaan sebagai Manifestasi Allah
Ibnu Arabi menekankan bahwa manusia, sebagai makhluk yang unik, adalah titik puncak dari penciptaan. Dalam pandangan politiknya, dia melihat keberadaan manusia sebagai manifestasi dari Asma'ul Husna (nama-nama indah Allah). Oleh karena itu, tanggung jawab sosial dan politik adalah bentuk ibadah yang menghormati keberadaan ilahi di setiap individu.
3. Konsep Wilayah dan Tatanan Sosial
Dalam masyarakat, Ibnu Arabi menekankan konsep wilayah (maratib) dan tatanan sosial yang saling terkait. Pemimpin (wali) dianggap sebagai representasi ilahi dan memiliki tanggung jawab untuk memastikan keadilan dan kesejahteraan di dalam wilayahnya. Pemikiran ini menggambarkan filsafat politiknya yang menciptakan keseimbangan antara otoritas dan keadilan.
4. Visi Kesatuan dalam Keanekaragaman
Pemikiran politik Ibnu Arabi menciptakan visi kesatuan dalam keanekaragaman. Meskipun masyarakat dan budaya berbeda-beda, dia melihat kesatuan yang mendasar di balik keberagaman tersebut. Ini menciptakan pemahaman yang inklusif dan menghormati perbedaan sebagai manifestasi kebijaksanaan Allah.
5. Tanggung Jawab Sosial dan Etika
Filsafat politik Ibnu Arabi menempatkan tanggung jawab sosial dan etika sebagai inti dari kehidupan bermasyarakat. Pemimpin diharapkan untuk memimpin dengan keadilan, bijaksana, dan rahmat, menciptakan masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai spiritual.