Lihat ke Halaman Asli

Ngadas: Terjaga dalam Tradisi, Tumbuh dalam Kebersamaan

Diperbarui: 5 Desember 2023   15:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokumentasi pribadi, 2023) 

Desa Ngadas adalah desa yang diapit oleh dua gunung, yakni gunung bromo dan gunung semeru. Desa Ngadas memiliki keanekaragaman alam serta terdapat tempat bermukim suku Tengger yang memegang teguh adat-istiadat dan tradisi. Bapak Muji (kepala desa) mengatakan bahwa desa Ngadas belum mendapatkan ketetapan sebagai desa adat, jadi masih sekadar desa wisata. Terdapat banyak sekali kegiatan upacara yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ngadas. Di desa ini terdapat dua dusun yaitu dusun Ngadas dan dusun Jarak Ijo.

Salah satu budaya di desa Ngadas yang disebut pete'an yang di mana setiap 3 bulan diadakan kontrol pada wanita guna menghindari hamil di luar nikah baik yang janda maupun perawan. Apabila adat itu dilanggar, maka akan diberikan sangsi adat dan sangsi moral. Sangsi adatnya, orang tersebut harus membayar semen sebanyak 50 sak, sedangkan untuk sangsi moral, bagi yang melanggar aturan adat tidak akan dipilih sebagai perangkat desa atau apabila sedang menjabat maka akan diberhentikan.

Ada dua upacara adat, yaitu umum seperti karo, pujan, dan barian unan-unan yang dilakukan 5 tahun sekali. Sedangkan upacara khusus seperti mayu desa yang dilaksanakan pada pemilihan kepala desa yang telah terpilih. Upacara adat khusus lainnya seperti resek pamong yang dilakukan kepala desa, upacara ini bertujuan untuk membersihkan diri karena akan menjadi panutan desa.

Desa Ngadas juga memiliki keberagaman agama. Terdapat empat agama yaitu agama Budha sebanyak 50%, Islam 40%, Hindu 10%, dan satu keluarga Kristen. Jadi, agama mayoritas di desa Ngadas adalah Budha.

Desa Ngadas memiliki pakaian adat (kebesaran) yang dipakai orang tertentu. Suku Tengger memiliki ciri khas menggunakan kain tenun goyor. Seiring berkembangnya zaman, kain tenun goyor diproduksi dalam bentuk 'sarung goyor'. Menurut dukun adat setempat, goyor merupakan salah satu ciri khas masyarakat suku Tengger.

Masyarakat desa ngadas  memberikan filosofi memakai sarung agar masyarakatnya tidak salah arah. Cara pemakaian sarung di Desa Ngadas terbilang unik. Sarung ini dipakai dengan cara diselempangkan, baik untuk wanita dan laki-laki.

Penggunaan sarung ini memiliki beberapa manfaat, yaitu untuk mengenali dan identitas Suku Tengger. "Jadi, masyarakat Tengger kemana-mana biasanya tidak lepas dari saring dan jika tidak dipakai seperti ada yang kurang," ujar kepala desa. Selain sebagai identitas, sarung juga berfungsi untuk menghangatkan tubuh dengan cara menyelimuti badan, sedangkan saat menghadiri acara pernikahan, sarung tersebut diselendangkan di leher.

Pelengkap pakaian adat desa Ngadas diantaranya ada penutup kepala yang disebut udeng bermotif babonang dan sarung yang telah disebutkan di atas bermotif kecupung. Warna sarungnya ada ungu, biru, coklat, hijau dan yang paling sering digunakan adalah hitam karena memiliki makna yang dalam sebagai makhluk Tuhan yang akan kembali ke alam kegelapan.

Masyarakat di Desa Ngadas saling bergotong royong sebagai sifat udeng karena agama akan dipertanggungjawabkan sendiri-sendiri, kemudian masyarakat punya hak memberhentikan kepala desa. Ngadas merupakan desa paling aman dari pencurian dan jauh dari konflik. Selain itu, yang memiliki keinginan berhajat dibatasi, minimal 6 kali selama sebulan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline