Isteriku adalah pacarku dulu dan sekarang, itulah yang pas dikaitkan dengan cerita cinta kami selama berkeluarga dengan sang kekasih hatiku.
Pertama kali kenal dengan isteriku adalah saat aku sama-sama menjadi mahasiswa di Sebuah perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Banjarmasin.
Saat itu, pertama kali masuk kampus dan dilaksanakan OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus). Pada hari pertama, aku ingat betul dia (isteriku) menanyakan kepadaku "apakah kau orang Jawa?", dengan malu aku katakan "bukan". Memang bukan orang Jawa dan sedikit pun tidak ada keturunan orang Jawa hanya saja logatku yang hampir sama dengan orang Jawa (menurut) dia.
Sejak itu, aku kenal dan lebih mengenal dia sebagai sosok wanita idaman hati dan akan menjadi pendamping hidupku sampai hari ini.
Perjalanan kehidupan memang tak pernah luput dari masalah dan keunikannya. Sehingga saat aku tamat kuliah dan sama-sama pulang kampung untuk mengabdikan ilmu dikampung menjadi seorang guru dan diapun menjadi guru honorer juga di sebuah madrasah swasta.
Maka kamipun bertekad untuk melangsungkan hubungan kami ke jenjang pernikahan. Ingat benar saat itu, aku bersama orangtuaku dan juga almarhumah nenekku datang meminang untuk menjadikan dia sebagai isteriku.
Alhamdulillah awalnya tidak ada kesepakatan akan tetapi mungkin inilah namanya jodoh, akhirnya kami di setujui untuk menjadi pasangan dan tepat pada tanggal 1 Agustus 2000 kami resmi menjadi suami isteri.
Dahulu kami menjadi pasangan yang dikatakan teman-teman sebagai pasangan yang pas dan cocok karena kemanapun dan dimanapun ada aku, isteriku juga ada dan sampai sekarang apapun kegiatanku dipastikan isteriku juga ikut sampai kami sama-sama mendapatkan kesempatan kuliah S2 bersama-sama dan dikampus yang sama bahkan jurusan yang sama.
Saking setianya, kami pernah beberapa tahun bertugas di satu sekolah (menjadi guru) yang sama sehingga selalu bersama.
Saat ini kami dikaruniai empat orang anak, 3 orang putera dan 1 orang Puteri dan sama-sama berjuang menggapai mimpi dan cita-citanya demi masa depan cemerlang.
Mungkin inilah adanya takdir kami selalu bersama untuk anak-anak kami membina keluarga dan menjadikan mereka generasi emas harapan keluarga, agama, bangsa dan negara tercinta ini. Semoga.