Utang luar negeri atau pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan ,atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan World Bank (bank dunia). Refleksi dari kisas sukses Marshall Plan pada tahun 1940 ,sukses secara empiris itu menjadi dasar bahwa pemindahan sumber daya dapat pula dilakukan dari negara-negara maju ke negara- negara berkembang yang biasanya mengalami kekurangan modal untuk menggerakkan mesin perekonomianmya. Utsng luar negeri (foreign debt) adalah variabel yang bisa saja mendorong perekonomian sekaligus menghambat pertumbuhan perekonomian. Dalam hal mendorong perekonomian maksud nya adalah jika hutang-hutang tersebut digunakan untuk membuka lapangan kerja dan investasi di bidang pembangunan yang pada akhirnya akan dapat mendorong pertumbuhan suatu perekonomian. Sedangkan menghambat pertumbuhan perekonomian jika utang-utang tersebut tidaj digunakan secara maksimal karena masih kurangnya fungsi pengawasan atas tanggung jawab utang-utang itu sendiri. Pada tahun 2007 ULN yaitu 84.067 juta USD dan produk domestik bruto yaitu Rp. 1.964.327,3 miliar.. utang luar negeri dan produk domestik bruto meningkat setiap tahunnya,yaitu pada tahun 2008 utang luar negeri sebesar 88.599 juta USD dan produk domestik bruto mencapai amRo. 2.082.456,1 miliar dan terus meningkat hingga pada tahun 2012 ULN mencapai 252.364 juta USD dan produk domestik bruto mencapai Rp. 2.618.938,4 miliar lebih tinggi dari tahun-tahun sebelumnya. ULN terus meningkat karena pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan perekonomian. Dan PDB yang terus meningkat didukung oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat , investasi pemerintah maupun Swasta. Rachmadi (2013:13) mengatakan bahwa ULN di Indonesia makpu mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia. Sektor-sektor ekonomi yabg menyerap ULN cukup tinggi terbukti menunjukkan pertumbuhan PDB yang terus meningkat. Atmadja (2000) menyatakan dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan cukup besar. Tetapi dalam jangka ternyata utang luar negeri tersebut masih dapat memicu permasalahan perekonomian Indonesia salah satunya adalah dapat menyebabkan jatuhnya nilai rupiah (infalsi). Utang luar negeri sama halnya seperti modal pembangunan. Utang luar negeri dapat meningkatkan kegiatan investasi dalam negeri untuk memenuhi dana kebutuhan negeri. Dalam suatu negara, selalu memiliki indikator untuk memeriksa apakah perekonomian yang terjadi dalamnya baik atau buruk. Indikator tersebut akan menilai pertumbuhan perekonomian melalui PDB. Perkembangan investasi dan pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami fluktuasi di tahun 2ppp yang kenaikannya cukup signifikan. Namun pada tahun 2001, investasi mengalami penurunan yang disusul oleh penurunan pertumbuhan ekonomi. Pada tahun 200p investasi sebesar 1888.101,8 miliyar rupiah dengan pertumbuhan perekonomian sebesar 4,9 persen. Kemudian di tahun 2001 mulai turun dengan nominal 94.548,52 miliar rupiah
Dan pertumbuhan ekonomi juga menurun sar 3,5 persen . Tetapi tinggi rendahnya Investasi tidak selalu diikuti oleh tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena tingginya resiko investasi akibat masih adanya gangguan keamanan, ketidakpastian penegakan hukum, dan perselisihan perburuhan. Adapun pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh belum terpecahkannya berbagai permasalahan mendasar di dalam negeri yang kemudian diperberat oleh dampak melambatnya pertumbuhan ekonomi global terhadap penurunan kinerja ekspor Indonesia.Seperti yang kita lihat, bahwa investasi sering kali mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Namun disisi lain pertumbuhan ekonomi juga ikut mempengaruhi investasi. Menurut Sukirno (1994: 10) pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah pertumbuhan yang ditopang oleh investasi. Pertumbuhan yang ditopang oleh investasi dianggap dapat meningkatkan produktivitas sehingga membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka setiap sektor perekonomian harus berproduksi lebih cepat dan banyak dari tahun sebelumnya. Ukuran kemajuan perekonomian dalam suatu negara akan selalu dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara tersebut. Tak terkecuali untuk negara yang masih berkembang seperti Indonesia. Pertumbuhan ekonomi akan selalu menjadi pusat perhatian.Indonesia merupakan salah satu negara dunia ketiga. Sebelum terjadinya krisis moneter di kawasan Asia Tenggara, Indonesia memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi menurut Sukirno (2010: 429) antara lain: tanah dan kekayaan alam lainnya; jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja;barang-barang modal dan tingkat teknologi; sistem sosial dan sikap masyarakat; luas pasar sebagai sumber pertumbuhan. Hal tersebut sejalan dengan strategi pembangunan ekonomi yang dicadangkan oleh pemerintah pada waktu itu, yang menempatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi sebagai target prioritas pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak akhir tahun 1970-an selalu positif, serta tingkat pendapatan per kapita yang relatif rendah, menyebabkan target pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi tersebut tidak cukup dibiayai dengan modal sendiri, tetapi harus ditunjang dengan menggunakan bantuan modal asing. Pemerintah yang pada awalnya menjadi motor utama pembangunan terus menambah utang luar negerinya agar dapat digunakan untuk membiayai pembangunan ekonomi nasional guna mencapai target tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut, tanpa disertai dengan peningkatan kemampuan untuk memobilisasi modal di dalam negeri. Hal ini menandakan adanya korelasi yang positif antara keberhasilan pembangunan ekonomi pada tingkat makro dan peningkatan jumlah utang luar negeri pemerintah (growth with indebtedness) (Atmadja, 2000). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan (ulfa Salawati, Zulham T,2017)maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. Produk domestik bruto berpengaruh signifikan secara positif terhadap utang luar negeri.
Apabila terjadi kenaikan PDB sebesar 1 triliun Rupiah maka utang luar negeri akan mengalami penambahan sebesar 15,6373 juta USD dengan asumsi variabel independen lain dianggap tetap.
2. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan searah dengan investasi, dimana ketika pertumbuhan ekonomi meningkat maka investasi juga meningkat. Tetapi investasi tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, terdapat hubungan satu arah yakni pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap investasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H